Lihat ke Halaman Asli

Orang Tua Kasih Kamu Sekolah Ini untuk Jadi Manusia

Diperbarui: 11 Oktober 2015   17:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

Angin melarutkan dan menerbangkan serpihan debu, malam itu. Pada Jum’at malam, tanggal 21 Juni 2015 di Yogyakarta saya baru saja duduk di trotoar menghadap jalan, tak berapa lama kemudian, pemuda rapi, menyapa saya lalu kami pun bersalaman. Kristofel Maikel Ajoi namanya, Mahasiswa asal Tambrauw – Papua di usia yang masih cukup muda ini, 25 tahun, sedang melanjutkan pendidikannya di Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Malam itu kami janjian bertemu di salah satu pojok jalan di Yogyakarta, setelah beberapa kali kontak telpon. Kebetulan Kris dan kawan – kawannya dari Himpunan Mahasiswa Tambrauw Kebar melakukan penggalangan buku untuk membuat sebuah Rumah Baca di Kebar.

Kebar sendiri adalah kecamatan yang tergabung dalam kabupaten Tambrauw. Ia merupakan salah satu distrik yang berada wilayah kabupaten Tambrauw, dan semenjak berpisah dari kabupaten Manokwari, distrik kebar secara definitif bergabung dengan kabupaten Tambrauw. Distrik ini memiliki banyak hal yang dapat di jumpai mulai dari Padang alang-alang kebar, lembah kebar, tempat pemandian air panas, gunung jani, jalan arokaria, hutan giawas (jambu biji), lahan pertanian, peternakan sapi, adapula tanaman endemik-nya yang disebut ‘rumput kebar. Kembali lagi kepada Kris, ia bercerita bahwa di Kebaranak – anak dan banyak orang butuh buku untuk membuat rumah baca warga agar membaca menjadi hal yang menarik anak – anak serta membuat belajar menjadi menyenangkan. Karena itu, dia bersama kawan – kawannya yang lain mengadakan penggalangan buku di Yogyakarta untuk nantin ya buku tersebut dibawa ke Kebar, dibuatkan rumah baca disana. Selengkapnya kemudian saya bertanya beberapa hal yang menarik dari kisahnya, agar dapat dibagikan kepada kita semua.

Apa yang membuat Kris berinisiatif membuat penggalangan buku dan mengajak kawan – kawan di Kampung (Kebar) membuat rumah baca-rumah belajar ?

Di Kebar, anak-anak dan saya pikir semua orang butuh buku dan bantuan pendidikan yang kreatif. Ya, di sana buku bacaan beragam tidak ada. Yang ada hanya buku-buku yang diberikan dari guru untuk siswa (buku mata pelajaran). Apalagi rumah baca, jelas tidak ada. Akhirnya bersama teman-teman mahasiswa dari Tambrauw di Jogja, kami usahakan pengumpulan buku untuk buar rumah baca di Kebar. Untuk itulah kami juga berkomunikasi dengan teman-teman mahasiswa lainya di daerah lain (termasuk masyarakat yang ada di Kebar).

Kira – kira akan ada berapa banyak orang yang mendapat manfaat (atau sering datang ke rumah baca tersebut, berdasar pengalaman sekilas sebelumnya) ?

Minat baca masyarakat di Kebar masih minim. Saya pikir yang paling banyak mendapat manfaat adalah anak-anak, karena fokus pendidikan baca-tulis di Kebar ini memang bagi anak-anak. Sedang yang lainnya (remaja – dewasa) diberi kebebasan untuk mengakses rumah baca sebagai pusat pengetahuan dan informasi atau data.

Apa kendala yang di hadapi teman – teman dalam membuat inisiatif ini ?                

Karena kami baru mengumpulkan buku, sehingga kesulitannya adalah (biaya) mengirimkannya ke Kebar. Selain itu kami juga butuh relawan untuk mengajar secara sukarela (sampai sekarang belum ada).

Apa optimisme yang menguatkan teman – teman untuk buat barang ini ? siapa saja yang sudah membantu ?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline