Lihat ke Halaman Asli

Rintihan Kunang-kunang Stasiun Senja

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mentari merangkak pelan diujung langit

Perlahan mulai redup

Meninggalkanku ditelan gelap stasiun

Sejujurnya aku mulai muak dengan senja kota ini

Aku mulai muak dengan hiruk asap rokok

Yang setia hilir mudik di rongga hidungku

Akupun mulai muak dengan pekat secangkir kopi

Yang biasa kulihat digenggam tubuh berbalut jas tua hitam..

Pikirku melayang bersama dengan sepasang burung yang terbang membelah lembayung

Kuingat bagaimana aku bisa ada di kota ini

Kota kecil, dengan seongok cerita kelam

Cerita kelam tentang “aku”

Senja kian berhembus..

Menggugurkan daun-daun mentari

Menyemai benih-benih gelap

Yang siap bertumbuh menjadi malam

Kubenahi topi rajut tuaku..

Kurasa ini saatnya aku beranjak dari stasiun

Menuju garis keras jalanan kota

Demi sesuap nasi, kuserahkan seluruh tubuhku

Harga diri dan perasaanku

Karena aku adalah “kunang-kunang”

Penghias malam..

Dan lara pagi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline