http://pixshark.com/vertical-limit.htm
Mereka adalah perempuan yang berjalan jauh meninggalkan rumah lalu menyusuri keheningan hutan-rimba. Mereka juga berkarib dingin dan angin malam yang menusuk tulang. Merekalah perempuan dengan ransel dipunggung, melangkah melewati setapak demi setapak untuk menggapai tanah suci gunung gandang dewata. Sungguh, mereka perempuan tangguh yang berkawan sunyi, kelelangan dan dewa kematian di atas gunung sana.
***
Perihal Gunung Gandang Dewata merupakan satu gunung tersulit di pulau sulawesi. Secara administratif terletak di wilayah Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. Untuk menggapai Tanete (puncak) gunung Gandang Dewata menuntut fisik yang amat prima. Medan yang sulit dan kontur yang menanjak serta menurun antar pos sangatlah berjauhan. Tantangan lain akan faktor eksternal gunung ini adalah hujan abadi sepanjang waktu. Serta seringnya menyebrangi aliran sungai akan menjadikan kaki senantiasa dalam kondisi basah maka bisa berpotensi terserang kutu air atau rawan cedera.
Demikian deskripsi singkat mengenai pendakian ke gunung dengan kategori tersulit di sulawesi selatan maupun sulawesi barat tersebut. Maka tak jarang dalam setahun terkadang hanya tiga kelompok atau tim yang melakukan pendakian ke gunung yang sarat dengan nuansa mistisnya ini.
Berapa waktu lalu, saya mendaki ke gunung yang berelevasi 3037 mdpl itu. Namun yang menaruh kekagumanku adalah para perempuan yang bersama tim ini. Mereka kuat berjalan serta tak pernah mengeluh, tak juga ada ketakutan sedikit pun yang memancar di wajah mereka. Barangkali tak berlebihan saya menyebutnya sebagai perempuan tangguh seperti diawal-awal saya kisahkan tadi.
Puncak Gandang Dewata/Ormed Sar-Unhas
Dalam beberapa kesempatan mendaki gunung di wilayah sulawesi selatan semisal Bawakaraeng yang menjadi primadona bagi para pendaki, saya sering menemukan dan melihat pendaki perempuan yang selalu kesulitan melewati tracknya, mereka juga sering dibawakan kerelnya serta banyak pula yang mengalami trouble-cedera. Berapa waktu lalu juga saya menemukan seorang perempuan muda yang saya tahu berasal dari satu kampus di wilayah makassar. Ia, saya jumpai bersama kelompoknya mengalami hipothermia dan dengan susah payah harus ditandu dari atas gunung Mulut Tuhan, sebutan lain Bawakaraeng.
Hal kontras atau berbeda dengan perempuan yang bersama saya tatkala mendaki gandang dewata tersebut. Mereka terlihat pantang menyerah selama seminggu lebih menyusuri rapatnya hutan pegunungan Mamasa. Hari-hari di guyur hujan lebat, banyaknya pacet yang menempel pada kaki dan betis, serta memaksa mereka harus melalui tanjakan tajam atau jalur menurun yang terjal adalah hidangan dalam pendakian ke gunung yang terkenal akan cerita mistis suara gendang dewa dari puncak gunungnya itu.
Mulanya saya mengkhawatirkan kemampuan fisik mereka jikakalau akan mengalami hal-hal yang tak diinginkan semisal trouble atau cedera. Awalnya, saya juga meragukan perempuan ini bahwa tak akan kuat membawa beban kerelnya sepanjang perjalanan hingga pulang. Rupanya semua asumsi dan anggapan saya itu salah besar. Mereka adalah petualang yang mampu merengkuh tanah tertinggi sulawesi barat yakni Tanete Gandang Dewata. Mereka telah melukiskan nama mereka dalam sejarah perjalanan hidup bahwa perempuan juga mampu dan bisa mendaki sekalipun itu gunung tersulit.
[caption id="attachment_412694" align="aligncenter" width="280" caption="Melewati Sungai/Foto Ormed Sar-Unhas"]
[/caption]