Lihat ke Halaman Asli

Derit Besi-besi Tua

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sunting

derit besi-besi tua

oleh Djarot Daya Yuwana pada 09 Oktober 2010 jam 17:32

Kereta,rel,dan derit,simbol trinitas,ya,tri tunggal,takkan bisa dipisahkan.

jasmani,penuntun, dan rasa,takkan bisa lepas dari semua pengecut dan pecundang sepertiku,

aku tahu kau takkan bisa tulus mengikuti ritualku

secangkir kopi pekat,kepulan asap rokok,dan bisingnya derit-derit hasil dari besi-besi yang saling beradu mungkin orang tuaku berpandangan bahwa seorang balita menangis tanpa sebab karena ada iblis yang mengganggu,lalu membawaku ke stasiun

dan berharap kereta-kereta akan mengusir iblis-iblis dari diriku,ah,satire memang,tapi itu terbukti,balita benci akan kebisingan

dan menurutku kereta bukan harmonisasi dan improvisasi nada,tapi mengapa aku tenang begitu mendengar derit,aroma ,dan rampak besi kereta.

di donuts courts samping stasiun,tempat dimana aku mencoba meresapi kereta dan keistimewaanya,cukup baik hati juga pemilik tempat ini,dengan membiarkan aku dan orang-orang ditempat ini duduk sampai berjam-jam tanpa ada pandangan sinis dari pelayan atau kode-kode tengik dari pelayan yang mengekspetasikan bahwa kafe ini akan segera tutup.

aku bukan seorang yang berpengalaman berkunjung ketempat-tempat istimewa sekelas kafe dengan daftar menu tengik dan serombongan orang yang mencoba mendominasi tempat-tempat itu,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline