Jauh di utara Jakarta, tepatnya di Kepulauan Seribu, ada sebuah pulau yang memiliki pantai yang indah. Tak hanya pantainya, kehidupan di pulau itu juga tak kalah indahnya. Pulau apakah itu?
Nah, pulau yang dimaksud adalah Pulau Pari. Untuk mencapai ke sana, dibutuhkan waktu sekitar hampir dua jam menggunakan kapal dari Pelabuhan Muara Angke menuju Dermaga Pulau Pari. Sesampainya di Dermaga Pulau Pari, pengunjung langsung dibawa ke tempat penginapan. Namun, untuk kalian yang terbiasa menginap di hotel berbintang atau villa yang besar, jangan berharap kalian akan menemukan itu di Pulau Pari. Pasalnya, hampir seluruh tempat menginap yang ada di sana berbentuk homestay.
Seperti yang kita ketahui, homestay merupakan rumah milik warga setempat yang disewakan untuk dijadikan tempat menginap. Homestay-homestay yang ada di Pulau Pari ini rata-rata memang tidak begitu luas, namun satu homestay kira-kira cukup untuk 10 orang.
Salah satu homestay di Pulau Pari. (Foto: missnidy.com)
Sebagai contoh, salah satu homestay yang ada di sana adalah sebuah rumah berukuran kecil yang memiliki dua kamar tidur, satu kamar mandi, ruang tengah, dapur kecil, serta teras yang ukurannya juga agak kecil. Di masing-masing kamar, terdapat satu kasur yang diletakkan di lantai. Sedangkan, untuk di ruang tengah, berjejer tiga kasur yang juga ditaruh di lantai. Untungnya, homestay ini juga dilengkapi AC, TV, dan dispenser sehingga memberikan kenyamanan bagi pengunjung yang menginap.
Tapi, tunggu dulu. Jangan buru-buru menganggap Pulau Pari hanya tentang homestay saja. Sebagaimana pulau berpantai pada umumnya, pantai di Pulau Pari juga menjadi spot yang asyik untuk bersantai, berolahraga, atau bermain pasir. Terdapat dua pantai di Pulau Pari, yaitu Pantai Pasir Perawan dan Pantai Bintang.
Pantai Pasir Perawan. (Foto: Local Guides Connect)
Tak jauh dari Pantai Pasir Perawan, terdapat hutan mangrove yang bisa dikelilingi dengan menggunakan perahu sampan. Pengunjung Pulau Pari bisa menyewa perahu sampan yang ada di bibir Pantai Pasir Perawan ini dari penduduk setempat. Satu perahu sampan dapat dinaiki oleh enam sampai delapan orang dan sekali sewa harganya tak kurang dari Rp100.000, biasanya dibayar secara patungan. Dengan ditemani pula oleh seorang penduduk setempat, pengunjung bisa mengelilingi dan menikmati hutan mangrove yang berfungsi untuk mencegah terjadinya abrasi ini. Jika dayung yang digunakan tidak cukup, maka sandal jepit pun juga bisa berfungsi sebagai “dayung” kendati ukurannya jauh lebih kecil. Agak memaksa memang.
Tak hanya berkeliling mengitari hutan mangrove, kegiatan lain yang bisa dilakukan ketika mengunjungi Pulau Pari adalah dengan ber-snorkeling di laut lepas. Dengan menggunakan kapal yang berlabuh dari Dermaga Pulau Pari, pengunjung bisa berenang menyelami laut yang letaknya berada di antara Pulau Pari dan pulau lainnya dan melihat indahnya alam di bawah laut.
Namun, segala aktivitas seru yang bisa dilakukan ketika berkunjung ke Pulau Pari tidak melulu di pantai dan laut saja. Pengunjung pun bisa berkeliling Pulau Pari dengan menggunakan sepeda, menyusuri jalan-jalan di Pulau Pari yang tidak beraspal dan sebagian besar tersusun dari batu konblok. Sama halnya dengan perahu sampan, pengunjung bisa menggunakan sepeda ini dengan cara menyewa. Sekadar informasi, hampir semua sepeda yang ada di sini bermodel sepeda keranjang.
Sementara itu, bagi para pengunjung yang ingin menunaikan sholat berjamaah di masjid dan sekaligus ingin mengenal lebih jauh kehidupan masyarakat di Pulau Pari, terdapat beberapa masjid yang bisa dituju, salah satunya adalah Masjid Al-Ikhlas. Ngomong-ngomong tentang masyarakat di Pulau Pari, mereka sangat ramah kepada para pengunjung yang datang ke tempat mereka. Dan oh iya, seiring dengan perkembangan zaman, warga di Pulau Pari tidak luput dari akses siaran televisi dan internet, sehingga mereka jauh dari kesan terpencil dan ketinggalan zaman.