Lihat ke Halaman Asli

Kekesalan Shin Tae-yong, Hingga PSSI yang Berencana Layangkan Protes Atas Dugaan "Main Mata" Thailand dan Vietnam

Diperbarui: 11 Juli 2022   19:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Instagram PSSI

Tim nasional dibawah umur 19 tahun melakoni laga pamungkas grup A piala AFF umur 19 tahun menghadapi Myanmar, laga keduanya digelar pada Minggu, 10 Juli 2022 di Stadion Patriot Chandrabarga, Bekasi pukul 20.00 WIB. Bermain di rumah sendiri membuat Rabbani Tasnim dan kawan kawan mendapatkan angin segar dari penonton yang hadir langsung di stadion, dan benar saja timnas menang telak dengan skor 5-1. Ferarri sukses catatkan namanya sebanyak dua kali di papan skor, disusul oleh Arkhan, Rabbani dan terakhir Ronaldo Kwateh.

Meski menang dengan jumlah gol yang fantastis, Garuda nusantara dipastikan tetap gagal melaju ke babak semi final karena kalah head to head dengan Vietnam dan Thailand, padahal di persaingan tiga tim antara Indonesia, Vietnam, dan Thailand, anak asuh Shin Tae Yong jelas unggul jauh dari segi produktifitas gol, tercatat garuda nusantara selama gelaran piala aff u19 di grup A telah mencetak 17 gol dan hanya dua kali kebobolan kala bersua Myanmar dan Filippina.

Tentu dengan rules Head to head kali ini sangat tidak menguntungkan bagi timnas indonesia, bahkan Shin Tae Yong juga melayangkan nada ketidakpuasan dengan rules di piala aff u19 kali ini.

"Sebenarnya kami lolos, ini tidak masuk akal dan juga seharusnya lawan bermain fair play di situasi seperti ini. Tapi, nyatanya tidak seperti itu. Thailand dan Vietnam mungkin takut lawan Indonesia, saya tidak begitu senang" ujar shin selepas menemani anak asuhanya bermain kontra Myanmar kemarin.

Senada dengan omongan STY, jika dilihat permainan antara Thailand dan Vietnam juga memiliki kejanggalan, pasalnya kedua tim bermain "loyo" setelah skor menjadi 1-1, memang dengan hasil tersebut bisa mengantarkan mereka untuk lolos ke babak semifinal, tensi kedua tim di babak pertama berjalan tidak begitu menarik alias seperti pemain yang kehilangan hasrat untuk bermain, sangat berbeda tensi baik ketika Vietnam dan Thailand bersua Indonesia, syarat untuk keduanya lolos adalah dengan bermain imbang dengan catatan keduanya mencetak gol, seperti misalnya 1-1, 2-2, dan seterusnya, namun jika bermain imbang tanpa gol Thailand dipastikan tidak lolos karena kalah produktivitas gol dengan Vietnam dan Indonesia. Dengan rules tersebut di babak kedua tensi kedua tim meningkat, dan benar saja Thailand berhasil unggul lebih dulu di menit 72, namun empat menit berselang Vietnam berhasil membalas ketertinggalan tersebut, nah situasi janggal pun tercipta, setelah keduanya berhasil imbang 1-1 dan mereka mengetahui akan lolos bersama sekaligus menyingkirkan Indonesia mereka bermain secara "aman", mengapa saya beri tanda petik di kata aman, karena keduanya bermain secara tidak etis dan dinilai mencederai fair play sepakbola, terlebih mereka baru saja berusia belia 19 tahun, keduanya bermain di area mereka sendiri setelah skor 1-1 terjadi, dan tidak ada yang ingin berusaha mengejar bola tersebut, malahan ada pemain yang tiba tiba jatuh padahal tidak berlari.

Usai laga tersebut kedua pelatih berdalih bahwa pemain mereka mengalami kelelahan akibat padatnya jadwal piala aff kali ini karena hanya selisih dua hari saja. Menyikapi hal ini, Ketua Umum PSSI yakni Mohammad Iriawan atau yang akrab Iwan Bule juga angkat bicara.

"Kami akan mendiskusikannya secara internal dulu besok. Kami akan memutar kembali video pertandingan (Vietnam vs Thailand) dan menganalisanya dengan beberapa pihak termasuk direktur teknik sebelum memastikan apakah kami akan mengajukan protes" ucap Iwan Bule.

Selain iwan bule beberapa netizen di media sosial juga ikut berkomentar, mereka juga menilai bahwa Vietnam dan Thailand telah "main mata" untuk meloloskan langkahnya ke semifinal. Yang menarik adalah statetment dari Iwan Bule diatas adalah PSSI berusaha untuk mencoba menginvestigasi dan melayangkan protes. Memang tidak ada salahnya jika protes di layangkan akibat kejanggalan tersebut, terlebih sebagai tuan rumah tidak etis rasanya jika tak lolos ke semifinal dan kita juga memiliki defisit gol yang unggul dari kedua tim tersebut. Namun yang perlu digaris bawahi ini adalah kelompok umur dan bukan agenda fifa, dan jika PSSI akan melayangkan protes apakah bakal berjalan efektif? Karena laga semifinal akan digelar esok hari. 

Timnas masih memiliki kesempatan membalas dendam di event berikutnya di kualifikasi piala asia u20 yang akan digelar di bulan September, kabar baiknya adalah Indonesia tetap akan menjadi tuan rumah, dengan kita menggagalkan vietnam untuk lolos di putaran final piala asia itu adalah balas dendam dengan cara elegan.

Baiknya PSSI tetap fokus membangun infrastruktur dan membentuk turnamen yang berkesinambungan untuk anak anak generasi Marselino ini belajar lebih lanjut dan dapat berprestasi di kemudian hari. Dan yang perlu diingat Indonesia juga belum pernah menjuarai turnamen antar negara Asia Tenggara di kelompok umur, jika generasi penerus timnas ini dilatih dengan infrastruktur dan turnamen sehat yang mendukung tentu bukan tidak mungkin timnas bisa berbicara banyak, bahkan bukan lagi Asia Tenggara melainkan Asia maupun dunia. karena memang bakat bakat timnas Indonesia pada saat usia belia bisa disebut tidak kalah dengan negara tetangga yang supperior baik Thailand maupun Vietnam, namun yang menjadi pertanyaan adalah, banyak dari bintang muda ini kala menginjak usia keemasan malah meredup dan kalah saing, tentu faktor tersebut yang harus segera ditemukan formula nya oleh PSSI ketimbang melakukan protes "main mata" antara vietnam dan Thailand.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline