Lihat ke Halaman Asli

Hati-Hati Sikapi Survei Indo Barometer

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

JAKARTA - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jaleswari Pramodhawardani mengatakan hasil survei Indo Barometer yang menunjukkan Soeharto sebagai presiden yang paling disukai responden masih harus dijelaskan secara lebih komprehensif. Penjelasan itu terutama dalam konteks apa masyarakat memberikan penilaian demikian.

“Kalau tidak hati-hati akan ada keyakinan lebih baik pindah ke sistem otoriter,” kata Jaleswari yang biasa disapa Dani kepada wartawan, Senin (16/5/2011).

Dia menjelaskan, sebuah penelitian harus taat atau tertib dengan kaidah penelitian. Peneliti tidak bisa langsung menyimpulkan suatu persoalan. Bahkan, metode dan pertanyaan yang diajukan kepada responden pun masih harus dikritisi.

Kalau hasil survei Indo Barometer diterima begitu saja, publik bisa percaya kondisi sekarang lebih buruk dari orde baru dan secara tidak langsung mengatakan bahwa reformasi adalah pilihan buruk.

“Padahal kita tahu sistem otoriter tidak lebih baik dari demokrasi sebab demokrasi lebih terbuka, transparan. Maka peneliti harus memberikan gambar utuhnya apa yang dia maksud lebih baik atua lebih buruk karena ini sensitif sekali ktia tahu rezim sebelumnya lebih buruk dari segi HAM dan lain-lainnya,” katanya.

Dalam rilis hasil survei kemarin, Indo Barometer mengatakan Soeharto adalah presiden yang paling disukai publik (36,5%), disusul Susilo Bambang Yudhoyono (20,9%), dan Soekarno (9,8%). Soeharto juga dianggap 1200 responden di 33 provinsi paling berhasil (40,5%), disusul Yudhoyono (21,9%), dan Soekarno (8,9%).

Sumber:

http://news.okezone.com/read/2011/05/16/339/457713/peneliti-lipi-hati-hati-sikapi-survei-indo-barometer




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline