Lihat ke Halaman Asli

Vitus AnLan

Mencari Tak Berujung

Membangun Kasih dalam Keluarga

Diperbarui: 6 Desember 2023   00:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat. Suatu masyarakat dibentuk dari beberapa keluarga. Begitu pun dalam Gereja Katolik. Keluarga merupakan Gereja "mini" atau Gereja Rumah tangga (Eklesia domestica).

Keluarga dibentuk melalui relasi perkawinan. Perkawinan itu terjadi antara laki-laki dan perempuan. Tentu hal itu atas kemauan dan kesepakatan antara keduanya.

Bagi orang beriman perkawinan itu juga merupakan kehendak Allah. Karena itu pernikahan adalah juga bermula pada inisiatif Allah. Kita dapat menemukan pendasarannya dalam kisah Allah menciptakan manusia. Allah tidak menghendaki manusia hidup sendiri, maka Ia menciptakan Hawa untuk menjadi penolong bagi Adam.

Karena pernikahan memiliki dasar pada panggilan Allah. Maka pernikahan itu suci. Persatuan pria dan wanita adalah bersifat sakramental, yaitu melambangkan persatuan Kristus dan Gereja-Nya. Persatuan itu berdasar pada cinta kasih.

Oleh karena itu keluarga yang dibentuk melalui perkawinan suci itu bertujuan untuk membangun kesejahteraan suami istri (Bonum coniugum), prokreasi dan pendidikan anak. Untuk mencapai tujuan-tujuan itu keluarga harus dibangun di atas alas yang kokoh. Terutama dibangun atas dasar cinta kasih. Ada sikap saling menerima dan saling melengkapi.

Akan tetapi banyak realitas keluarga saat ini yang menyeleweng dari keluarga kristiani yang ideal itu. Salah satu fenomena yang kerap terjadi adalah Kekerasan dalam Rumah tangga (KDRT).

KDRT bukan fenomena langkah. Ada banyak kasus kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga. Badan Pusat Statistik (BPS) mendata bahwa ada 7435 kasus KDRT pada tahun 2021. Data ini menunjukkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga marak terjadi dalam keluarga.

Masalah ini memunculkan ketidakharmonisan dalam hidup berkeluarga. Keluarga menjadi berantakan. Biasanya perempuan dan anak-anak yang menjadi korban yang paling banyak. Ada banyak bentuk kekerasan yang terjadi seperti kekerasan fisik, psikis, seksual, penelantaran, dan masih banyak bentuk kekerasan lain. Namun empat bentuk itu yang marak terjadi.

KDRT ini tergolong masalah yang serius dalam masyarakat kita saat ini. Karena itu siapa saja dipanggil untuk membangun sikap peduli terhadap keluarga-keluarga yang mengalami kekerasan. Gereja sebagai sebuah institusi memberikan perhatian pada permasalahan ini. Gereja menyadari tugasnya untuk menciptakan keutuhan rumah tangga. Hal ini berdasarkan pada pandangan bahwa keluarga itu merupakan unit terkecil dari Gereja.

Perhatiana Gerja termanifestasi dalam seruan-seruan profetisnya. Terutama kehidupan keluarga saat ini. Salah satu seruan profetis Gereja yang memiliki perhatian pada situasi keluarga nampak dalam Seruan Apostolik Pasca Sinode Paus Fransiskus, Amoris Laetitia (Sukacita Kasih).

Seruan apostolik Paus Fransiskus hadir sebagai angin segar untuk menyejukkan kembali hati keluarga yang sudah terlanjur panas akibat percekcokan yang tidak berujung. Anak tetapi sebelum kita melangkah lebih jauh, kita menengok dahulu bagaimana pandangan Gereja mengenai kekerasan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline