Lihat ke Halaman Asli

Daviq Afrizal

mahasiswa

Kisah Perjuangan dan Pertumbuhan Karakter Seseorang di Balik Novel "Teruslah Bodoh, Jangan Pintar."

Diperbarui: 12 Juli 2024   12:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Smber gambar dari kamera Handphone penulis, pada hari Kamis, 12 Juli 2024/Dok Pribadi

Menurut Burhan Nurgiyantoro di dalam bukunya yang berjudul Teori Pengkajian Fiksi, sastra adalah satu karya seni yang mengandung estetika. Dan novel adalah salah satu karya sastra yang sampai sekarang masih banyak dan terus bertambah para penulis dan pembacanya.

Dan Menurut Terry Eogleton, novel merupakan cerita prosa manusia sama halnya dengan cerpen dan roman. Namun, yang membedakannya yakni, novel memiliki cerita yang lebih panjang dan lebih kompleks dibandingkan dengan cerpen. Namun isinya lebih terbatas dari pada roman.

Novel "Teruslah Bodoh, Jangan Pintar" adalah salah satu novel yang dikarang oleh seorang penulis yang bernama Darwis, dengan inisialnya yang sudah hampir semua pembaca di negeri ini tahu yaitu Tere Liye. 

Novel yang baru saja diterbitkan pada 1 Februari 2024 lalu oleh Sabakgrip. Seorang penulis terkenal di Indonesia, yang seringkali menyajikan cerita-cerita yang penuh dengan makna dan nilai-nilai kehidupan yang terjadi di dunia ini, khususnya konflik-konflik yang sering terjadi di negeri ini. Yang di dalamnya banyak terkandung pesan-pesan moral yang dapat diambil pelajaran-pelajaran baiknya dan dibuang jauh-jauh kejelekannya.

Seiring berkembangnya zaman, sudah terlalu banyak orang yang menyalahgunakan kemampuan, ilmu bahkan jabatannya untuk kepentingan diri mereka sendiri, serta memuaskan hawa nafsu dari rasa keserakahan mereka semua. Dan dalam novel "Teruslah Bodoh, Jangan Pintar," Tere Liye mengajak kita selaku pembaca untuk mendalami perjalanan hidup seorang tokoh yang berjuang mati-matian untuk melawan para manusia-manusia serakah yang hanya mementingkan diri mereka sendiri.

Pada setiap bab, para pembaca akan dibawa untuk merasakan hal-hal yang menantang, yang di mana para tokoh utama harus menghadapi segala bentuk penolakan, kegagalan dan pengkhianatan. Namun, dari setiap konflik yang terdapat pada cerita, kita dapat belajar untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih tangguh dan bijaksana. Melalui novel ini, Tere Liye mengajak kepada semua pembaca untuk merenungkan arti sebenarnya dari kebodohan dan kecerdasan yang hakiki, dan bagaimana setiap individu memiliki potensi untuk terus tumbuh dan belajar dari pengalaman hidup mereka.

"Teruslah Bodoh, Jangan Pintar" bukan hanya sekedar cerita tentang perjuangan. Tetapi juga sebuah intropeksi mendalam tentang nilai-nilai kehidupan yang sering kali terabaikan oleh sebagian besar orang. Novel ini memberi tahu bahwa dalam perjalanan hidup, yang terpenting bukanlah seberapa pintar kita di mata dunia, namun seberapa tulus dan bijaksana kita dalam menghadapi setiap tantangan yang datang.

Menurut pendapat saya ketika telah membaca novel tersebut, novel ini sangat menarik dan mempunyai cara yang sangat ampuh untuk menarik peminat para pembacanya tersendiri. Entah dari segi gaya bahasa, alur atau plot, dan yang paling menarik adalah dari segi konfliknya.

Kisah Perjuangan yang terdapat pada novel ini, tentang perjuangan sebagian kelompok penduduk, yang tanah kelahiran sekaligus tempat tinggalnya digusur paksa oleh sebagian kelompok yang tidak bertanggung jawab atas semua kelakuan dan kerusakan yang dibuatnya, hanya untuk kepentingan pribadi mereka. Namun, dengan perlakuan buruk mereka semua, tidak membuat para penduduk setempat menyerah dan membiarkan para perusak itu mengambil tanah mereka. Bahkan, jika memang harus mati di dalam peperangan, mereka pun sudah siap.

Di dalam diri mereka tertanam jiwa perjuangan yang sangat kuat. Mereka telah terbiasa mengalami kesulitan dan cobaan yang ada. Sampai pada akhirnya mereka mendapatkan sebuah cobaan yang sangat berat, yakni tanah kelahiran mereka yang ingin di gusur paksa untuk dijadikan sebuah lahan pertambangan. Dari kejadian sebelumnya, sudah banyak kejadian-kejadian yang tidak diinginkan, namun terjadi karena adanya lahan pertambangan itu. Contohnya seperti, munculnya penyakit-penyakit sebab dari limbah pertambangan, lahirnya anak-anak yang cacat, hilangnya mata pencaharian, hilangnya kebudayaan yang ada, dll.

Namun, para penduduk sekitar sadar bahwa perlawanan yang dilakukannya hanyalah omong kosong. Karena penjajah itu menggunakan senjata-senjata yang serba modern, dan penduduk sekitar hanya menggunakan senjata seadanya. Tapi mereka tidak menyerah begitu saja, mereka terus melawan sekuat tenaga mereka. Walaupun pada akhirnya tetap saja mereka kalah dan tanahnya diambil oleh para penjajah itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline