Di tengah gemerlap kemajuan teknologi, perlahan tapi pasti, semangat santri dalam memegang teguh tradisi keislaman tampak meredup. Seolah terombang-ambing oleh arus modernitas, aspek akhlak yang menjadi identitas utama santri mulai terkikis.
Dulu, koridor pesantren menjadi tempat berkembangnya nilai-nilai mulia, namun kini terdengar samar-samar. Kesabaran, kejujuran, dan kerja keras, yang dulu ditanamkan dengan penuh kasih sayang, kini terasa seperti bunga yang layu.
Tidak hanya akhlak, tirakat pun mengalami penurunan. Tradisi merenung dan berkontemplasi di antara keseharian yang semakin padat seakan terlupakan. Ketenangan untuk menyelami batin semakin sulit ditemukan di tengah deru teknologi yang tidak kenal waktu.
Bagaimana teknologi memainkan peran dalam kemunduran ini? Gadgets dan media sosial seolah menjadi sahabat setia yang merayu perhatian santri. Ibadah dan ketaatan mulai tergeser oleh layar yang begitu memikat. Santri, yang seharusnya tumbuh dalam ketenangan spiritual, kini terjerat dalam hingar-bingar dunia maya.
Pertanyaannya adalah, apakah teknologi harus dijadikan musuh? Tidak, namun perlu kesadaran bahwa kemajuan harus sejalan dengan nilai-nilai keislaman. Pendidikan santri perlu menemukan keseimbangan, menggali manfaat teknologi tanpa kehilangan akar tradisi.
Tantangan pendidikan di era digital bukanlah sekadar bagaimana memahamkan santri dengan alat-alat canggih, melainkan bagaimana mengajarkan mereka menjadi manusia yang cerdas secara spiritual di tengah gempuran informasi.
Bagaimana kita bisa mengatasi kemunduran santri? Jawabannya mungkin terletak pada perubahan mindset. Lembaga-lembaga pendidikan dan keluarga perlu menyadari bahwa melawan arus teknologi bukanlah solusi, melainkan membimbing santri agar mampu menyaring nilai-nilai yang sesuai dengan ajaran agama.
Sebuah perubahan pendekatan pendidikan yang mencakup nilai-nilai luhur dan ketangguhan dalam menghadapi arus teknologi adalah kunci untuk memastikan santri tidak hanya beradaptasi dengan zaman, tetapi juga tetap menjadi penjaga tradisi dan akhlak mulia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H