Lihat ke Halaman Asli

Memperjuangkan Mimpi Sebagai Semi-Gap, Langkah Kecil Membangun Kehidupan Impian

Diperbarui: 24 Desember 2024   23:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Bayangkan rasa sakitnya memiliki mimpi yang hendak kita kejar, namun ternyata gagal dan mengakibatkan kita jatuh ke rencana cadangan yang tidak kita inginkan. Bukan berarti itu hal buruk, namun rasanya tidak nyaman dan tidak pas di dalam hati. Perasaan terus gelisah, pikiran terus terbebani, terlebih bila ternyata rencana cadangan tersebut tidak sesuai dengan minat dan bakat kita. Ambil peristiwa terdekat, misalnya ketika kita lolos SNBT, namun lolos di pilihan kedua. Rasanya anak-anak yang memilih semi-gap akan memahami sekali perasaan ini.

Sekarang banyak sekali orang yang meremehkan kesedihan anak-anak yang lolos di pilihan kedua mereka. Mungkin ada anak-anak yang tetap berbangga diri dan bahagia ketika lolos di pilihan kedua mereka, namun banyak pula yang sedih dan kesedihannya berlarut-larut karena merasa gagal dalam mencapai impian mereka. "Buat apa sedih? Yang penting, kan, kalian sudah diterima di perguruan tinggi negeri." Menjadi ujaran yang kerap kali orang lontarkan kepada anak-anak yang sedih tersebut seolah kata-kata itu dapat menghibur mereka dan menghentikan rasa sedih yang mereka rasakan.

Ketahuilah bahwa mereka pun sadar mereka beruntung karena bisa lolos ujian masuk walaupun diterima di pilihan kedua. Cobalah lebih berempati, validasi kesedihan mereka, dan menjadi pendengar yang baik tanpa perlu membuat mereka merasa bersalah karena rasa sedih yang mereka rasakan.

Sulit bagi kita untuk tetap berjuang mengusahakan mimpi kita yang rasanya telah mati semenjak masuk ke universitas pilihan kedua kita. Rasanya seperti terjebak dan kita dipaksa untuk menerima keadaan karena "Tidak semua hal di dunia ini bisa berjalan sesuai keinginan kita." Namun, tidak ada salahnya untuk kita kembali mencoba. Maka, ada tiga langkah kecil agar kita bisa sama-sama memperjuangkan mimpi kita kembali:

  • Jangan Putus Asa & Tenangkan Pikiran

Sebagai sesama pejuang impian, ini adalah langkah tersulit yang perlu dilakukan. Rasa putus asa dan terjebak terus merangkak dalam bayangan, pikiran, dan hati. Terlebih bila tidak mendapat dukungan dari orangtua dan bila kita tidak lagi didukung secara finansial apabila kita mencoba UTBK lagi di tahun depan. Namun, begitu bisa menenangkan pikiran, rasa putus asa yang kita rasakan perlahan menghilang dan jalan-jalan baru mulai terbuka untuk membantu kita menuju ke mimpi yang kita harapkan. Tentu jalan yang terbuka belum tentu mudah. Mungkin malah jalan berbatu yang terbuka, namun ingatlah pepatah: "Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian."

  • Konsisten untuk Mencoba Lagi di Tahun Depan

Langkah kedua ialah konsisten dalam rencana baru yang akan kita jalankan. Mulailah belajar untuk UTBK lagi di sela-sela kesibukan, bekerjalah kalau memang mau mengumpulkan uang, ikutlah kegiatan volunteer dan lomba bila mengejar beasiswa di universitas selanjutnya, intinya lakukanlah yang mau dilakukan. Namun, konsisten. Lakukan setiap hari, berprogres-lah walaupun hasilnya kecil untuk saat ini. Jangan lagi melirik ke kanan atau ke kiri, liriklah terus ke depan. Ke arah impian yang mau diraih.

  • Cari Dukungan & Jangan Pedulikan Kata Orang

Dukungan tidak hanya hadir dari orangtua, namun juga dari teman, sahabat, pacar, bahkan tukang gorengan di jalan. Jangan terpaku pada perkataan orang-orang yang tidak merestui kamu untuk mengejar yang kamu impikan. Carilah orang-orang yang setidaknya bisa memberikan kata-kata pendukung untuk dirimu. Cara paling ampuh untuk tidak memedulikan kata-kata buruk orang adalah dengan membayangkan kalau mereka adalah bebek yang sedang bersuara.


Intinya, teman, jangan menyerah. Kejarlah universitas impian kalian, kejarlah jurusan yang kalian inginkan karena kenyataan adalah apa yang kita perjuangkan. Kita tidak terjebak. Keinginan kita untuk mengejar jurusan yang kita impikan tidaklah salah. Lebih baik hidup bersusah payah di jalan yang kita mau daripada hidup tanpa jiwa di tempat yang tidak kita sukai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline