Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai makanan yang digoreng. Terkait hal tersebut bahan baku utama yang digunakan dalam menggoreng adalah minyak goreng. Hal ini menyebabkan konsumsi minyak goreng sawit mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan data BPS (2019), konsumsi minyak goreng sawit pada tahun 2018 mencapai 10,79 liter/kapita/tahun dan diprediksi akan meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Faktor perekonomian rumah tangga di Indonesia yang beragam dapat mempengaruhi penggunaan minyak goreng. Sebagian masyarakat menggunakan minyak goreng untuk sekali pakai, namun juga terdapat beberapa diantaranya menggunakan minyak goreng untuk beberapa kali pemakaian. Pada dasarnya minyak goreng dapat digunakan hanya untuk 2 kali pemakaian. Jika minyak goreng digunakan berkali-kali akan menyebabkan kandungan lemak semakin jenuh dan merubah warna minyak. Minyak goreng yang sudah digunakan berkali-kali dikenal dengan minyak jelantah.
Dalam minyak jelantah terdapat kandungan senyawa-senyawa yang dapat membahayakan kesehatan. Minyak jelantah dapat membahayakan tubuh karena terjadi penyusutan kandungan lemak tidak jenuh serta vitamin A, D, E, dan K dalam minyak yang disebabkan karena minyak sering digunakan. Sehingga yang tersisa hanyalah kandungan lemak jenuh yang menyebabkan penyakit berbahaya meskipun pengaruhnya baru terlihat pada jangka panjang. Minyak yang digunakan berkali-kali dapat menyebabkan sarang bakteri yang menyebabkan penyakit dalam tubuh. Dampak buruk bagi tubuh akibat dari konsumsi minyak jelantah yaitu terjadi deposit lemak yang tidak normal, kanker, dan hilangnya fungsi kontrol pada syaraf pusat. Selain itu, dalam sebuah penelitian konsumsi gorengan yang berlebihan juga dapat menyebabkan kenaikan kolesterol.
Selain menimbulkan masalah bagi kesehatan, minyak jelantah juga dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan. Pembuangan minyak jelantah ke lingkungan tanpa kontrol dapat menyebabkan pencemaran air maupun tanah yang berakibat terhadap menurunnya kesuburan tanah dan mempengaruhi kandungan mineral dalam air. Hal ini berkaitan dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran serta terbatasnya edukasi kepada masyarakat mengenai dampak minyak jelantah terhadap lingkungan. Pemanfaatan minyak jelantah pada saat ini banyak dijadikan sebagai bahan bakar biodiesel. Agar penggunaan biodiesel tidak merusak dan membahayakan lingkungan maka harus dilakukan pengelolaan yang tepat. Selain untuk bahan bakar biodiesel, minyak jelantah juga digunakan sebagai pengganti biofuel.
Perlu diketahui bahwa pengelolaan limbah minyak jelantah memiliki potensi ekonomis. Sehingga diperlukan suatu inovasi untuk mengola limbah minyak jelantah menjadi produk yang bernilai. Setelah dilakukan penjernihan limbah minyak jelantah dapat diolah menjadi produk yang lebih ramah lingkungan dan bernilai ekonomis. Salah satu inovasi yang dapat dilakukan yaitu pemanfaatan limbah minyak jelantah menjadi sabun padat. Sabun padat yang dihasilkan tidak disarankan untuk penggunaan di badan, tetapi sabun padat ini dapat digunakan untuk mencuci peralatan dapur. Pembuatan sabun padat juga dapat bermanfaat untuk mengurangi pengeluaran biaya pembelian sabun cuci pada tingkat rumah tangga.
Selain pembuatan sabun padat, minyak jelantah juga dapat digunakan sebagai bahan alternatif pembuatan lilin. Dalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa proses pembuatan lilin dari minyak jelantah melalui beberapa tahapan. Crude gliserin yang didapatkan dari proses pencampuran minyak jelantah dengan beberapa bahan lainnya dapat digunakan untuk pembuatan lilin. Dalam proses pembuatan tentunya bergantung pada ketersediaan minyak jelantah dalam jumlah tertentu. Pemanfaatan limbah menjadi produk kerajinan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Sehingga diperlukan adanya edukasi serta penyuluhan kepada masyarakat mengenai hal tersebut.
Nama : Davina Shafamaghnaqia Nur
NIM : 005221076
Kelas : PDB LA-2A
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H