Lihat ke Halaman Asli

Sejarah Tokoh-tokoh Pendidikan di Indonesia dan Luar Negeri

Diperbarui: 4 April 2017   17:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejarah tokoh-tokoh pendidikan di Indonesia


  1. Mohamad Syafei


Mohamad Syafei mendirikan sekolah INS (Indonesisch Nederlandse
School
) di Sumatra
Barat pada tahun 1926. Sekolah ini lebih dikenal dengan nama Sekolah Kayutanam,
sebab sekolah ini didirikan di Kayutanam. Maksud utama Syafei adalah mendidik
anak-anak agar dapat berdiri sendiri atas usaha sendiri dengan jiwa yang
merdeka. Dengan berdirinya sekolah ini berarti Ia menentang sekolah-sekolah
Hindia Belanda yang hanya menyiapkan anak-anak untuk menjadi pegawai-pegawai
mereka saja.

Tujuan pendidikan INS adalah sebagai berikut :


  1. Mendidik anak-anak kearah hidup
    yang merdeka, melalui pendidikan hidup mandiri.
  2. Menanamkan kepercayaan kepada diri
    sendiri, membina kemauan keras, dan membiasakan berani bertanggung jawab.
  3. Membiayai
    diri sendiri dengan semboyan cari sendiri dan kerjakan sendiri.
  4. Mengembangkan
    anak secara harmonis, yang mencakup aspek perasaan, kecerdasan, dan
    keterampilan.
  5. Mengembangkan
    sikap sosial, agar dapat bermasyarakat dengan baik.
  6. Menyesuaikan
    pendidikan dengan masing-masing bakat anak.
  7. Membiasakan
    bekerja menurut kebutuhan lingkungan.


Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, maka model
sekolahnya diatur sebagai berikut


  1. Sekolah
    itu berbentuk asrama, anak-anak hidup bersama-sama melalui bekerja nyata
    atau belajar melalui bekerja.
  2. Belajarnya
    diatur menjadi sebagian belajar teori dan sebagian lagi belajar praktek.
  3. Ada bermacam-macam
    perlengkapan belajar, seperti tanah dan alat-alat tukang kayu, alat
    bercocok tanam, alat-alat menganyam, alat-alat mengolah karet, koperasi,
    lapangan olahraga, dan tempat pentas seni.
  4. Disamping
    bekerja anak-anak juga berupaya mencari uang sendiri dengan cara antara
    lain : menjual barang-barang hasil karya sendiri, berkoperasi, mengadakan
    pentas seni berkeliling.


Organisasi pendidikannya mencakup ruang bawah dan
ruang atas, keduanya terdiri dari sekolah dasar, sekolah menengah, dan
kemasyarakatan.

a.       Ruang bawah sama dengan SD yang lama
belajarnya 7 tahun. Disini teori dipelajari 75% dan praktek 25%, dipilih sesuai
dengan kemampuan anak-anak tingkat SD.

b.      Ruang atas, mempelajari teori 50% dan
praktek 50%. Ruang atas berlangsung selama 6 tahun, yang terdiri dari : ruang
antara 1 tahun, ruang remaja 4 tahun, ruang masyarakat 1 tahun.


  1. Ki Hajar Dewantara


Suwardi Suryaningrat, demikian
nama kecil Ki Hajar Dewantara adalah putera kedua dari KPH Suryaningrat (cucu
Paku Alam III), lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Setelah genap 40
tahun ia diganti nama Ki Hajar Dewantara. Ia memasuki sekolah rendah Belanda
dan kemudian pindah ke OSVIA di Magelang. Berbagai macam pekerjaan telah
dicobanya. Dari menjadi pegawai pabrik gula di Banyumas, pindah menjadi pegawai
di apotek Rathkamp (Raja Farma), kemudian menjadi wartawan dan memasuki
gelanggang politik.

Karena pendirian dan sikapnya yang
tegas menentang penjajah Belanda, Ia dan teman-temannya dibuang diluar Jawa,
termasuk juga Cipta Mangunkusuma, dibuang di Bandaria, Dr.Ernest Francois
Eugene Deuwes Dekker diasingkan ke Timor Kupang, sedang Ia sendiri harus
menjalani pengasingan ke Bangka. Kemudian ketiganya dibuang ke Belanda,
disitulah Suwardi Suryaningrat memperdalam soal-soal pendidikan.

Pada tahun 1919 ia
dikembalikan ke Indonesia (oleh Pemerintah Belanda), kembali ketanah air tetap
meneruskan perjuangannya. Beliau menjabat sebagai Sekretaris Pedoman Besar NIP
(National Indische Partij) dan juga sebagai redaktur surat kabar De Beweging,
Persatuan dan Penggugah. Dua tahun kemudian ia menjabat guru sekolah Adidharma,
suatu perguruan yang didirikan oleh kakaknya sendiri yang bernama Raden Mas
Suryapranata. Pada tanggal 3 Juli 1922 Suwardi Suryaningrat mendirikan yayasan
Perguruan Nasional taman siswa, di Yogyakarta. Pada permulaannya, didirikannya
Taman Indria (TK) dan kursus guru. Kemudian dalam perkembangannya dikuti dengan
didirikannya Taman Muda (Sekolah Dasar) dan pada tanggal 7 Juli 1924
didirikanlah bagian Mulo-Kweekschool
(Taman Dewasa merangkap taman guru). Lama pelajaran tingkat ini adalah 4 tahun
setelah Taman Muda. Demikianlah lembaga- lembaga pendidikan yang didirikannya
semakin meluas dan berkembang, sehingga Taman Siswa mempunyai taman Indria,
Taman Muda, Taman Dewasa, Taman Madya, Taman Guru, Pra Sarjana dan Sarjana
Wiyata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline