Lihat ke Halaman Asli

Jika Jujur, Hasilnya Pasti Hancur

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Judul diatas adalah plesetan dari pepatah Jawa untuk menggambarkan keadaan jaman edan. "Jamane jaman edan, yen ra melu edan, ora bakal keduman. Yen jujur, ajur. Yen bener, kepleter." Ungkapan tersebut dapat diterjemahkan kurang lebih demikian, "Jaman ini adalah jaman edan. Jalau tidak ikut gila, maka tidak mendapat bagian. Kalau jujur, ahasilnya akan hancur. Kalau berpikir benar, pasti akan tertekan oleh kelompok lain yang mempunyai kepentingan.

dengan demikian masih relevankah nilai-nilai kejujuran di zaman ini? kejujuran gampang sekali dikhianati. korupsi menelikung berbagai segi kehidupan kita. bahkan dimulai dari sel terkecil masyarakat,  yaitu keluarga.  seorang bapak kadang-kadang menyisipkan uang gajinya untukkepentingannya sendiri. begitu juga sang ibu, uang untuk belanja terkadang melayang entah kemana. kondisi parah justru sering terjadi pada anak-anak. dengan dalih untuk kegiatan ini itu di sekolah ataupun di kampus, duit cair dengan segera dari orang tua. setelah itu duit ditelantarkan entah kemana.

semakin tinggi kompleksitas sosial, tingkat kerawanan korupsi semakin tinggi. misalnya di tingkat RT, RW,  desa, kecamatan hingga negara dan dunia, korupsi semakin rumit dan susah untuk diteliti ujung pangkalnya. kasus terbaru adalah korupsi bendahara  Partai Demokrat, Nazzarudin. Kasus ini melibatkan banyak pihak sehingga ketika salah seorang dari kompl0tan digiring ke meja hijau, anggota yang lain, yang terlibat akan berusaha sekuat tenaga melindungi. persoalan menjadi rumit ketika komplotan itu adalah para petinggi dan pejabat sehingga nama baik dan reputasi bisa hilang akibat kasus itu.  ketidakjujuran dalam bentuk korupsi, ketidak mauan untuk tranparansi, tidak mau bertanggung jawab adalah awal mula kehancuran.

dalam karut marut kasus ketidakjujuran, muncullah sang penerang yang memberi peringatan. adalah Siami, ibunda Alif yang melaporkan kejadian pencontekan masal di SDN 2 Gadel, Surabaya. Bermula cerita tetanggganya bahwa anaknya Alif diutus oleh guru untuk membagi-bagikan jawaban yang sudah dibuatkan oleh guru ketika ujian, Alif melapor kepada dinas pendidikan setempat. Alhasil, Siami dan Alif dimusuhi warga hingga harus melarikan diri ke Gresik. Sungguh malang nasib para pembawa obor kebenaran.

kadang, peristiwa SIami memberi sedikit pencerahan kepada kita untuk bertindak jujur dalam segala hal, terutama jika itu menyangkut kepentingan banyak orang. tapi bila mengingat orang lain yang sudah "terbiasa" melakukan ketidakjujuran itu, kita mungkin akan tergoda. seperti halnya kejujuran adalah nilai yang muncul dari kematangan pribadi kita, maka bila kita tergoda untuk melakukan ketidak jujuran, kedewasaan dan kematangan kita sebagai manusia patut dipertanyakan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline