Masyarakat di Papua selalu was-was ketika menyambut tanggal 1 Desember setiap tahunnya. Biasanya menjelang tanggal itu, selalu saja ada aksi-aksi teror yang dilakukan oleh kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM). Mereka mengklaim 1 Desember 1961 adalah hari ketika Papua Barat menyatakan diri merdeka dari Belanda. Benarkah demikian?
Klaim OPM tersebut adalah ternyata salah kaprah dan salah besar. Tanggal 1 Desember 1961 adalah hari di mana kolonial Belanda membentuk sebuah badan Nieuw Guinea Raad dalam rangka menggagalkan penggabungan Papua Barat ke Republik Indonesia. Ini adalah akal bulus Belanda untuk memecah belah Indonesia, karena yang dipilih menjadi anggota Nieuw Guinea Raad adalah orang-orang Papua yang setia kepada kerajaan Belanda.
Kalim OPM tentang 1 Desember 1961 sebagai hari kemerdekaan adalah klaim yang tidak logis. Jika kita analogikan, Indonesia membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang sejenis dengan Nieuw Guinea Raad pada tanggal 29 April 1945. Jika berpikir seperti OPM, Indonesia akan merayakan kemerdekaan pada tanggal 29 April. Tapi kenyataannya tidak demikian, Hari Kemerdekaan Indonesia adalah 17 Agustus 1945 dan dirayakan tiap tahunnya, bukan 29 April.
Papua sebenarnya sudah merdeka secara de jure tanggal 17 Agustus 1945, bersamaan dengan kemerdekaan Indonesia. Karena pada tanggal itu, proklamasi kemerdekaan telah memerdekakan seluruh wilayah bekas jajahan Hindia Belanda, termasuk Papua. Tetapi karena Belanda yang keras kepala tidak mau melepaskan Indonesia, Papua secara de facto belum masuk ke Indonesia. Pemerintah Indonesia berjuang keras agar Papua segera masuk Indonesia, hingga akhirnya tanggal 1 Mei 1963, Papua diserahkan kembali ke Indonesia. Status Papua dikuatkan kembali dengan hasil Pepera yang menunjukkan seluruh masyarakat Papua menghendaki bergabung dengan Indonesia. Hasil Pepera itu pun diakui PBB dan Internasional melalui Resolusi PBB nomor 2505.
Semoga para pemuda dan pemudi Papua mau belajar sejarah yang benar tentang Papua, sehingga mereka tidak menghabiskan energi untuk berdemo dan berdemo untuk menuntut merdeka. pemuda-pemudi harusnya belajar dan belajar, bukan hanya berdemo. kalau berdemo terus, "apa “ata dunia?”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H