Mendapat giliran menjadi koordinator ujian lokal yang diadakan mulai jam 8 pagi pada hari Minggu pertama setiap empat bulan sekali, membuat saya terpaksa menginap di kantor pada Sabtu malam. Ini karena saya takut bangun kesiangan pada Minggu paginya. Malam itu, semua soal dan segala yang berhubungan dengan ujian sudah saya persiapkan.
Minggu pagi, jam 6, telpon berdering. Busyet! Biasanya para siswa, yang belum mengambil nomer ujiannya, meminta informasi apakah mereka terdaftar sebagai peserta ujian. Tetapi, jam 6 pagi? Menjengkelkan.
‘A Siong ada? A Siong ada?' suara cewek di ujung telpon. Sekali lagi, busyet! Tanpa berhalo-halo, ujug-ujug dia menghujaniku dengan pertanyaan.
‘A Siong An?'
‘Ya. A Siong An ada? A Siong An ada?' cewek itu bertanya seperti beo.
‘Pergi.'
‘Pergi ke mana? Pergi ke mana?
‘Jualan.'
‘Jualan? Jualan apa? Jualan apa?'
‘Dari dulu, A Siong An jualan rokok, permen, tissue. Ini ada A Sioe, adiknya.'
‘Ya sudah. A Sioe aja. A Sioe aja.'