Lihat ke Halaman Asli

Matamu Picek!

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

[caption id="attachment_214637" align="alignleft" width="198" caption="traffic accident/digbybrown.co"][/caption]

Berlalu lintas di kota besar seperti Surabaya memerlukan kedisiplinan dan ‘toto kromo’ (sopan santun). Slogan dan himbauan, “Santun Berlalu Lintas” sepertinya belum banyak memberi dampak positif kepada warga kota pahlawan pada khususnya.

Minggu pagi yang lalu, ketika mengantar anak saya ke Kids of Faith (Sekolah Minggu), saya menjumpai lagi kejadian ‘ketidak-sopanan’ berlalu lintas. Dan, nampaknya hal seperti ini akan terjadi lagi dan lagi.

Seorang bapak sedang mengendarai sebuah sepeda motor, istrinya di bagian belakang sedangkan anak perempuannya di bagian depan. Saya bersepeda motor persis di belakangnya. Ketika saya akan menyalip, sang istri melambai-lambaikan tangan kanannya bersamaan dengan lampu sein kanan menyala berkedip-kedip. Sang bapak hendak berbelok ke kanan memotong jalan. Tentu saja saya mengambil posisi kiri untuk menyalip.

Tiba-tiba, sebuah sepeda motor melintas dengan kecepatan cukup tinggi memotong di depan sepeda motor sang bapak. Spontan bapak itu mengerem motornya dengan mendadak, anak perempuannya membentur kemudi. Serta merta sang bapak mengumpat dengan aksen Surabaya yang sangat medhok, “Jancuk! Matamu picek!” Merasa bersalah, semoga saja, si penyerobot melaju meninggalkan gelanggang.

Karena terkejut, saya sempat berhenti. “Ngono iku lho, Pak. Arek-arek nom sak iki gak nduwe toto kromo,” bapak itu seperti mengadukan permasalahannya kepada saya. Saya geleng-geleng kepala, tetapi tidak mengerti apa arti gerakan itu.

Bapak itu berhasil melaksanakan niatnya – berbelok ke kanan. Saya juga melanjutkan perjalanan. Sementara itu pikiran saya merangkai berbagai ungkapan dalam bahasa Inggris yang berkenaan dengan ‘mata’. Ungkapan-ungkapan itu saya publish di English Community di bawah judul For Your Eyes Only.

Saya membayangkan, jika seseorang bermata picek (buta) mengendarai sepeda motor maka akan sangat berbahaya bagi dirinya sendiri dan orang lain. Apakah mungkin seorang picek memperoleh SIM?

Dua hal yang mengganggu pikiran saya. Pertama, apa ruginya bagi si penyerobot itu menunggu barang dua atau tiga detik sampai bapak itu berhasil berbelok kanan? Kenapa dia harus melakukan tindakan yang beresiko itu? Santun Berlalu Lintas tidak dia miliki.

Ke dua, umpatan atau makian bapak itu, yang spontan, didengar langsung oleh anaknya. Anak biasanya meniru orang tuanya. Maka, pada gilirannya nanti, si anak juga akan meneruskan budaya ini. Your eyes alone (matamu dhewe).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline