Lihat ke Halaman Asli

Minggat

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(kado ultah buat Okti Li)

Kenapa kamu pengin minggat?

Aku harus! Aku sudah nggak tahan lagi. Aku terluka. Aku terhempas. Aku tercampak. Aku terbuang.

Kamu terlalu peka, itu persoalannya. Siapa yang melukai kamu? Siapa yang menghempaskan kamu? Siapa yang mencampakkan kamu? Siapa yang membuang kamu?

Orang tua. Coba ingat. Ketika aku mendapat nilai jelek, Papa nggak ngomong apa-apa. Dan ketika aku mendapat nilai bagus, Papa juga nggak ngomong apa-apa.

Papa memang begitu, dia nggak mau memarahi kamu supaya kamu nggak patah semangat. Papa juga nggak mau memuji kamu supaya kamu nggak sombong dan lupa diri.

Papa nggak pedulian, acuh. Papa nggak perlu aku. Untuk apa lagi aku di sini?

Kamu hanya menuruti emosi, perasaan.

Apakah perasaan memang tidak diperlukan lagi? Haruskah perasaan dimatikan saja, lalu dikubur dalam-dalam atau dibekukan dalam freezer?

Hanya karena itukah kamu harus minggat?

Hanya karena itu?! Kamu bilang, ‘Hanya karena itu?’ Ketika aku harus melanjutkan sekolah, Mama ngeyel aku harus sekolah di sini, bukan di situ, bukan di sana. Aku harus menurut pada pilihan Mama. Aku tidak punya hak memilih. Aku ini robot omnivora.

Mama inginkan yang terbaik buat kamu.

Yang terbaik? Dengan memisahkan aku dari Jack?

Kamu ‘kan baru SMA. Konsentrasilah pada pelajaran bukan pacaran. Buanglah keinginan untuk minggat itu.

Dengan terus menerus menerima perlakuan seperti anak tiri? Papa lebih sibuk dengan anak-anaknya yang lain, Mama juga menghabiskan lebih banyak waktu untuk anak-anaknya yang lain.

Bukankah anak-anak yang lain itu, pada akhirnya, untuk kamu juga?

Apakah kurang apa yang telah ada?

Jadi, kamu tetap ingin minggat?

Ya!!

Kamu mau minggat ke mana?

Ke rumah Bude

Itu sich bukan minggat, itu ngungsi. Kalau minggat sekalian ke Kutub Utara.

Baiklah. Ayo kita minggat ke Kutub Utara.

Aku nggak ikut!

Kamu nggak ada gunanya tanpa aku.

Kamu juga nggak ada gunanya tanpa aku.

Dasar otak!!

Dasar hati!! (Happy Birthday, Okti. Wish you all the best)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline