Lihat ke Halaman Asli

Kisah Sebiji Benih

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Sebijibenih yang kecil jatuh ke tanah. Dia tumbuh. Mula-mula menjadi kecambah, kemudian dia menyembul keluar dari dalam tanah. Lalu muncullah daun-daunnya. Tak lama kemudian dia melihat sekelilingnya. Di sana ada mawar, melati, dan berbagai macam tumbuhan lain.

“Aku nanti jadi bunga apa ya?” si benih yang baru tumbuh itu berkata.

“Aku tidak mau menjadi mawar,” katanya lagi. “Karena meskipun mawar mempunyai bunga yang indah dan harum, tetapi mawar mempunyai banyak duri. Aku tidak mau batangku berduri-duri.”

“Aku juga tidak mau menjadi melati,” si benih itu berkata. “Bunganya terlalu pucat. Semua bunganya hanya berwarna putih, tidak berwarna-warni. Ah, aku rasa menjadi melati akan sangat menjemukan.”

“Aku juga tidak mau menjadi teratai. Bunganya memang indah, tetapi dia harus berendam dalam air. Idiiih, aku tidak mau selalu kedinginan berendam dalam air.”

“Aku tidak mau menjadi ……….” si benih itu mengkritik semua tanaman di sekitarnya.

Beberapa hari kemudian, benih itu tumbuh semakin tinggi. Ternyata, dia hanya menjadi sebatang rumput teki.

Nilai moral: Orang yang selalu mengkritik orang lain, dirinya sendiri tidak lebih baik dari orang yang dia kritik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline