Lihat ke Halaman Asli

Berdialog dengan Pejabat Teras

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Pada peringatan Hari Bhayangkara kemarin, saya ‘nyambangi’ kawan lama - seorang pejabat teras di Polda - untuk memberikan ucapan selamat. Setelah basa-basi, saya mengajukan beberapa pertanyaan.

David S. (DS): Sebagian besar masyarakat masih memandang kepolisian sebagai institusi yang ‘bermasalah’. Menurutmu bagaimana, Mas?

Pejabat Teras (PT): Wah, kamu serius banget, Da. Yang santai sajalah.

DS: Baiklah, Sersan.

PT: Sersan?

DS: Ya! Serius tetapi santai, hoahoahoahoa. Bagaimana atau apa yang telah dilakukan oleh kepolisian untuk membangun citra yang baik di mata masyarakat?

PT: Masih terlalu serius. Pertanyaanmu masih terlalu serius.

DS: Baiklah. Beberapa hari yang lalu majalah Tempo terbit dengan sampul yang menggambarkan seorang pati dengan tiga babi pink. Bagaimana menurutmu, Mas?

PT: Nggak heran rambutmu pada rontok, kamu terlalu serius menanggapi segala sesuatu.

DS: Pendapat Mas?

PT: Tentang tiga babi pink? Mereka harus membangun rumah dari batu supaya tidak terbakar oleh serigala jahat.

DS: Lho, mereka ‘kan dipelihara oleh seorang pati, buat apa mereka membangun rumah?

PT: Setahu saya, Tohpati tidak memelihara babi. Dia pingin memelihara kumis, biar lebih macho.

DS: Mas tidak menjawab pertanyaan saya.

PT: Lho, kamu mau nanya apa? Gaji polisi, tugas dan tanggung jawab polisi, resiko dalam tugas, atau apa?

DS: Mas tidak berubah, tetap seperti yang dulu.

PT: Saya ini orang yang konsisten.

DS: Ya. Kalau semua orang di Polda ini konsisten seperti Mas, maka Polda ini akan ‘bersih’

PT: Itu tanggung jawab saya untuk ‘membersihkan’ Polda ini.

Ketika saya sedang menulis artikel ini, isteri saya tersenyum dan bertanya, “Memangnya Njenengan punya teman seorang Pejabat Teras di Polda?”

Saya mengangguk mantap, dan sedikit membusungkan dada, “Aku koq.”

“Siapa?”

“Mas Sholeh”

“Astaganaga ular kepala dua. Dia itu ‘kan tukang sapu di Polda.”

“Betul. Dia bertugas membersihkan teras bagian depan Polda. Dia itu ‘kan pejabat teras.”

“Gubraak,” entah suara apa itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline