Lihat ke Halaman Asli

SBY Tetanggaku

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Sebagai warga kampung yang baik, SBY tidak pernah melakukan sesuatu yang menghebohkan. Setiap orang di kampung kami sangat ‘menghormati' dia. Setiap pagi, manakala SBY melakukan jalan sehat, anak-anak kecil selalu menyapa dia, ‘Selamat pagi, Kapten!' SBY selalu membalas mereka dengan memberi hormat bagai seorang komandan. Lho, koq Kapten?

Setelah lulus SMA, SBY ingin menjadi taruna Akabri. Cita-citanya, dia ingin menjadi seorang kapten. Tetapi, karena fisiknya tidak memenuhi syarat, SBY ditolak. Dia gigit jari, untung jarinya tidak putus. Dia terpukul dan menjadi sedikit linglung. Setiap kali bertemu seseorang dia selalu memberi hormat, ‘Saya Kapten SBY, lapor!!' Maka, orang sekampung mengerti bahwa SBY telah ‘menjadi' seorang kapten.

SBY ingin menjadi presiden. Ketika B.J. Habibie menjadi presiden RI, SBY minta dipanggil Bije. Dia memasang sticker ‘BJ and the Bear' di pintu rumah kontrakannya. Menjelang pemilu yang lalu SBY mendeklarasikan partai baru ‘Partai Demotrus' dan dia menunjuk dirinya sendiri menjadi presiden Partai Demotrus. Sayangnya, partai ini tidak lolos seleksi KPU. Ketika Susilo Bambang Yudhoyono terpilih menjadi presiden RI, SBY lebih senang kalau dirinya dipanggil dengan sebutan Beye. Alasannya, ‘Biar nggak jadi presiden RI, paling tidak nama panggilanku sama dengan beliau.'

Beye kurang beruntung dalam urusan jodoh. Ketika diperkenalkan dengan Ana, Beye berkomentar, ‘Dia wanita cerewet.' Kemudian dia dikenalkan dengan Ina. Komentar Beye, ‘Dia wanita yang terlalu cerdas. Wanita cerdas seringkali tidak bisa diatur.' Lalu, Beye tertarik dengan Ani, ‘Ini baru wanita ideal' katanya. Beye ingin mengadakan pendekatan. Tetapi, Ani berkata, ‘Anda bukan pria yang ideal.' Sial, gagal. Untungnya, ada seorang wanita ‘luar biasa' alumni Sekolah Luar Biasa Sekali yang mau dijodohkan dengan Beye. Cocok, klop. Maka diadakanlah akad nikah. Di kartu undangan tertulis, ‘Menikah: Ijah Binti Sakwelase dengan Slamet Bin Yadi.'

Anak-anak kecil bersorak gembira,'Horeee. Beye kawin!!!'

Catatan:

Artikel ini ditulis setelah penulisnya melakukan topobroto selama 11 hari dan 11 malam tanpa buang angin di depan umum, tanpa makan sabun ataupun minum shampoo, dan tanpa pikir panjang.

Cerita ini ditulis berdasarkan karakter yang diciptakan oleh Bain Saptaonthelman, tanpa ijin. Cerita ini segera disinetronkan dengan perubahan judul menjadi ‘Siapa Tetanggamu?'

Nama, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini hanyalah cuma rekaan belaka saja doang thok. Karena itu, penulis memohon maaf jika ada pihak yang tidak tersinggung. Sekali lagi, penulis memohon maaf jika selama ini belum pernah menyinggung siapapun atau apapun. Juga mohon maaf (mumpung bulan puasa) jika catatan ini lebih panjang dari ceritanya.

Selamat menghadiri kondangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline