Oleh : David Luhito
Moh. farhan, S.Pd., S.Hum., M.Pd.I
Pondok pesantren merupakan bentuk institusi pendidikan Islam yang telah hadir sejak ratusan tahun lalu, meskipun tidak ada catatan sejarah kapan pertama kali muncul, kecuali dikenal dalam bentuk awalnya pada sekitar abad pertengahan. Bentuk kelembagaan pesantren yang lebih modern sebagaimana dikenal sekarang tumbuh sekitar peralihan abad ke-19. kehidupan pesantren bertumpu pada lima pilar, yaitu masjid/mushola, pondok pesantren (Gedung santri), kiai, santri dan pengajaran kitab-kitab klasik atau yang disebut "kitab kuning".
Istilah pondok diarahkan pada pengertian suatu tempat dimana para santri bermukin disitu. Meskipun tidak dipungkiri ada sebagian santri yang tidak mukim atau tinggal di dalam kompleks pesantren.
Kata "pesantren" merupakan bentukan kata "santri" yang berasal dari Bahasa Sansekerta san yang berarti suka dan tri yang berarti menolong. Dengan begitu penggunaan istilah santri memiliki kecenderungan dan harapan mampu menolong dalam berbagai aspek kehidupan. Atau dengan kata lain bermanfaat di tengah-tengah kaumnya.
Assalam merupakan sebuah nama dari Bahasa Arab yang berarti keselamatan. Suatu nama yang diharapkan bisa menjadi tujuan dan cita-cita bersama menuju keselamatan dunia dan kebahagiaan akherat bagi umat Islam.
Pondok Pesantren Assalam didirikan dalam rangka memenuhi tuntutan masyarakat akan pentingnya sebuah wadah/lembaga pendidikan keagamaan yang bisa menjadi pilihan dan pemenuhan akan kebutuhan pada pemahaman ilmu-ilmu agama yang tentunya sangat penting bagi putra-putri generasi Islam.
Keberadaan Pondok Pesantren Assalam berawal dari sebuah pengajian yang dilaksanakan rutin dan bergilir baik di masjid/mushola dan rumah-rumah warga pada tahuan 1980an. Tokoh dibalik pendirian ponpes Assalam Kradenan ialah K.H Imam Sujoto beliau merupakan seorang santri lulusan Pesantren salafiyah di kabupaten Grobogan pada masa itu, beliau tidaklah lahir dari keluarga yang berlatar terlalu agamis melainkan ayah beliau merupakan seorang petani yang menggarap sawah baik sawah milik pribadi maupun sawah milik orang lain yang dipasrahkan penggarapanya untuk kemudian hasil panenya dibagi kedua belah pihak, sedangkan ibu beliau merupakan ibu rumah tangga biasa yang tidak bekerja hanya membantu pekerjaan sang suami dalam hal pertanian.
Beliau K.H Imam Sujoto tidak terlahir dengan menyandang gelar Gus atau putera seorang kyai namun dengan tekad ikhtiar dan barokah doa dalam pengembaraanya berjuang tholabul 'Ilmi di pesantren dengan niat yang ikhlas beliau mampu menjadikan nama beliau besar berkat ikhtiar tirakat dan barokah mondok, bahkan keinginan mondo di pesantren adalah kemauan beliau sendiri tanpa ada perintah atau paksaan dari kedua orangtua beliau, pada mulanya beliau hanya sekedar berangkat ngaji di salah satu pesantren kecil dekat desa beliau kemudian pulang kerumah apabila kegiatan mengaji telah usai, rupanya dekat dengan para santri dan perkembangan pemahaman beliau mengenai agama telah mengalami banyak peningkatan akhirnya beliau memutuskan untuk budal nyantri di salah satu pesantren sepuh ternama di kabupaten grobogan yaitu di daerah bandungsari, tentunya atas ridlo kedua orang tua beliau pergi nyantri, dan tanpa mengharap uang saku dari rumah sehingga beliau mondok juga bekerja sambilan pula dengan cara mencari kayu bakar di hutan lalu di jual kepada warga lalu hasilnya beliau bagi untuk uang saku dan untuk membeli ternak yang kemudian dititipkan kepada warga sekitar, perlu diketahui beliau melakukan aktivitas bekerja hanya pada saat tidak ada kegiatan mengaji atau kegiatan pesantren lainya beliau mencai kayu bakar pada hari jum'at yang pada hari tersebut kegiatan pondok beliau diliburkan. Selama di pondok pula beliau sangat Tawadlu dan riyadloh. Ketawadlu'an beliau terhadap masyayikh dan guru-guru beliau sangatlah ta'dzim luar biasa beliau pun mencari keberkahan guru tanpa memperdulikan keadaan sendriri asalkan baik untuk guru. Riyadloh beliau berupa puasa dalail yang ditempuh hampir selama 12 tahun.
Singkatnya ketika tamat dalam masa pengembaraan mencari ilmu di pondok pesantren dan keilmuan beliau pun sudah mumpuni untuk terjun di masyarakat beliau memulai pengajian rutin dengan anak-anak dan sebagian warga lainya di mushola yang pada saat itu beliau yang menjadi ta'mirnya karena pembangunan mushola tersebut menggunakan tanah wakaf ayah beliau, Lokasi berdirinya mushola tersebut adalah di dusun grompol desa kradenan yang notabenya pada masa itu warga masyarakatnya masih abangan atau buta pada agama banyak masyarakat yang masih awam bahkan maksiatpun masih kaprah/wajar di sana, perjuangan dakwah beliau penuh dengan tantangan namun dengan kesabaran memegang teguh keyakinan mensyi'arkan agama Allah alhamdulillah perjuangan beliau berbuah manis seiring berjalanya waktu anak-anak yang mengaji semakin banyak materi yang diajarkan saat itu adalah tata cara baca Alqur'an, praktik ibadah, dan Aqidah akhlaq.
Lembaga pendidikan islam yang pertama kali didirikan oleh beliau adalah Panti asuhan yang kemudian diberi nama "Assalam", dengan didorong keiingianan warga dan swadaya warga masyarakat sekitar untuk dengan sukarela menjadi donatur di panti asuhan tersebut menjadikan perkembanganya semakin maju dan cakupanya anak asuhnya cukup luas bahkan hingga luar desa dan luar kecamatan. Karena kemajuan panti asuhan Assalam yang dimana anak asuh di dalamnya diperlakukan layaknya seorang santri kegiatanya pun tak jauh beda dengan santri-santri di umumnya pondok pesantren menjadikan tumbuhnya minat masyarakat untuk memondokan anak-anaknya di Assalam namun di assalam hanya ada panti asuhan.