Lihat ke Halaman Asli

Sumbangsih Desa sebagai Biopori Dunia

Diperbarui: 10 Juni 2019   09:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Air merupakan benda penting berasal dari alam yang saat ini di canangkan sebagai sumber kehidupan. Setiap tahunya beberapa wilayah di Indonesia selalu mengalami bencana kekeringan. Kekeringan dapat di kategorikan sebagai bencana hidrometeorologi. Selain faktor Alam, manusia ikut andil dalam faktor yang melatarbelakangi bencana kekeringan. 

Salah satu contohnya adalah dampak pertambangan kars wilayah puger jember, dan pegunungan tumpang pitu banyuwangi. Padahal perlu Kita ketahui bahwa pegunungan kars yang berfungsi sebagai menyaring dan penyerap air hujan, namun di tambang sedemikian rupa sehingga membuat fungsi Alam tidak stabil. Masyarakat yang memiliki sawah atau bertempat tinggal berdekatan dengan tambang sering mengeluh tentang air bersih. Perhatikan lapisan air dibawah ini.

Lalu apakah terdapat resapan air hujan selain wilayah pegunungan? 

img-20190610-073631-5cfdbaff3d68d52e7c456ae2.jpg

screenshot-2019-06-10-07-34-35-475-com-miui-gallery-5cfdbb19c01a4c7c7c3f6754.png

Tanpa di sadari desa merupakan aset biopori dunia. Perhatikan baik-baik karakteristik pembangunan desa!, Desa didominasi oleh tatanan halaman yang didominasi oleh batu krikil. Pemilihan krikil sebagai papan pijak halaman rumah sangatlah bagus untuk lingkungan dari pada paving. Hal ini karena krikil akan memperbesar porositas dan permeabilitas tanah atau memberikan celah pada tanah agar air mudah mereserap kedalam tanah saat musim hujan.

gambar2-1-jpg-5cfdbb860d8230580b701022.jpg

Air yang mudah meresap kedalam tanah akan memberikan banyak keuntungan untuk alam dan manusia. Bagi manusia, air yang mudah meresap kedalam tanah akan mengurangi volume aliran permukaan yang mengakibatkan banjir saat musim hujan. Selain itu meresapnya air dalam tanah, akan menambah jumlah air tanah yang ada di dalam perut bumi sehingga ketersediaan air bersih pada lapisan pertama akan tercukupi tanpa harus menggunakan sumur bor untuk mencapai lapisan kedua air.

screenshot-2019-06-10-07-37-09-215-com-miui-gallery-5cfdbb4c3ba7f73d0002b5e9.png

Krikil sangat tepat digunakan sebagai pijakan halaman rumah karena minim debu, selain itu krikil memiliki, proses pengambilan krikil yang ada di sungai juga mengurangi jumlah pengendapan sungai. Masyarakat akan menambah krikil di depan rumah 1 tahun satu Kali, Hal ini karena krikil akan tenggelam kedalam tanah akibat dari tekanan kendaraan bermotor dan aktivitas manusia. Semain lama penggunaan krikil maka akan semakin baik tanah dalam menyerap air hujan.

Amati seberapa luas desa kalian, dan berapa rumah yang menggunakan krikil sebagai alas pijakan maka kalian akan tau seberapa luas aset biopori raksasa kita ini. Sehingga Kita belajar bahwa nenek moyang kita telah mendesain rumahnya agar mampu bersanding tanpa merusak alam. Dan sesungguhnya pencipta mengharapkan kita untuk saling berdampingan dan peduli antara mahluk hidup agar tercipta keseimbangan didalamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline