Kalau dulu dizaman Soekarno, terkenal dengan proyek mercusuar dan dikatakan banyak rakyat dengan mercusuar, karena keterbatasan keuangan negara saat itu, sehingga Soekarno mengupayakan memperbesar hutang negara untuk membangun berbagai proyek infrastruktur termasuk patung patung dan berbagai tugu dan saat itu dikatakan banyak pengamat ekonomi dan rakyat banyak sebagai proyek mercusuar.
Seorang anak SD mengatakan kepada ayahnya, "Bapak/Ibu, tolong dibangun tempat mainan saya dan gambarnya ini sudah ananda buat sendiri". Sang Bapak pun terpaksa mencari dana dan memilih kontraktor/pemborong yang pas untuk membangun usulan infrastruktur sang anak. Beberapa pekan kemudian, wujud bangunan tempat bermain anak tersebut terwujud. Analogi ini sebagai pembanding, betapa mudahnya membangun infrastruktur. Yaitu Gambar design, hitung RAB, Cari modal pinjaman dan hitung, dapat dana pinjaman, realisasi persiapan pembangunan, persiapan lahan, pembangunan, finishing, siap dan adakan inspeksi pengawasan detail, gunting pita untuk peresmian, fasilitas infrastruktur bisa digunakan.
Memang sebuah negara, harus dibangun infrastrukturnya agar mekanisasi dan perpindahan, mutasi semua distribusi barang ekonomi menjadi lancar dan ekonomis. Jika hanya fokus saja kepada membangun infrastruktur, sedangkan pembangunan kekuatan ekonomi rakyat terlantar dibangun secara bersama sama, maka akan ada sebuah kepincangan ekonomi yang diderita oleh banyak penduduk sebuah negara.
Seperti sekarang ini di Indonesia, banyak rakyat tingkat golongan ekonomi menengah ke bawah, sangat prihatin kondisi kehidupannya daya beli sangat melemah sebagai dampak input pendapatan masyarakat yang tidak seberapa dan berarti serta tidak stabil. Sementara beban biaya kehidupan masyarakat semakin mahal menaik. Kenaikan harga listrik oleh Pemerintah sebagai dukungan kebutuhan yang primer bagi masyarakat Indonesia disamping beras dan lauk pauk, dengan kenaikan harga listrik per Kwh setiap bulan, hal ini sangat memberatkan bagi masyarakat. Kenaikan harga listrik ini, sebagai pemicu kenaikan harga lainnya sebagai bagian dari kebutuhan masyarakat, sehingga beban biaya hidup rakyat menengah bawah Indonesia semakin memberatkan saat ini.
Membangun pemberdayaan ekonomi masyarakat agar bisa produktif berdaya saing tinggi serta pemasarannya cukup baik, adalah hal yang sulit rumit dan harus dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah berbarengan dengan pembangunan infrastruktur. Hal ini yang di terlantarkan oleh Pemerintahan Joko Widodo. Pada sisi kondisi rakyat diterlantarkan dengan beban hidup yang berat, disitu pula Pemerintah menambah beban biaya hidup yang semakin memberatkan.
Sangat dikecewakan oleh banyak rakyat, ada pembangunan infrastruktur, akan tetapi pengerjaannya mendatangkan tenaga kerja kasar dari China dengan alasan bahwa pekerja dari rakyat Indonesia dikatakan sebagai pekerja yang malas (alasan yang direkayasa oleh politik busuk merendahkan bangsa sendiri) sedangkan pekerja kasar dari China katanya rajin rajin (sebuah kebohongan). Yang jelas adalah, namanya pekerja kasar dimanapun kinerjanya dari bangsa manapun adalah sama, karena mereka bekerja atas dasar komando, ukuran dan juklak.
Banyak orang yang tidak percaya bahwa pekerja Indonesia malas malas, buktinya banyak pekerja dari Indonesia di luar negeri yang diterima selama bertahun tahun dengan baik dan berarti ini sebagai bukti kinerjanya yang baik.
Membangun didalam sebuah negara, tidak hanya infrastruktur saja, akan tetapi harus seiring dan selaras dengan pembangunan manusianya, ekonominya yaitu pendidikan, kesempatan berusaha yang kondusif, biaya bahan baku yang stabil, pemasaran DN-LN yang mudah, perizinan usaha yang mudah dan tidak rumit, perbankan yang mendukung, Pemerintah yang mengayomi dan mendukung produktifitas rakyat (mana revolusi mental itu ?). (David Gorda)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H