Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana

Kompassiaflores

Tak Seindah Asa

Diperbarui: 24 Mei 2022   10:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Jarum jam terus berdenting tanpa menetap
Birunya langit ku temui saat mentari mulai bersinar
Rembulan malam menutupi sinar dengan gelapnya awan
Ini aku masih melangkah menapaki jalan penuh lika liku
Begitu nikmat aku berjalan diatas pilihan

Asaku hilang saat ragaku lemah
Jatuh begitu parah hingga aku tak mampu berdiri menemui asa
Ada satu asa yang aku ukir di kota karang namun pupus bersama waktu
Perihal ragaku begitu parah merawat cita
Gugur saat senjata perang aku siapkan sedang raga tak aku pedulikan

Ku tinggalkan kota karang untuk hapuskan asa yang tergores kalah itu
Dengan sejuta sakit hati yang terpatahkan
Ini cita tak aku gapai hanya sebatas mimpi indah
Remuk redam hatiku sebab ingatkan tak sempat amnesia

Ingin aku benci raga ini
Lalu menolak untuk bermipi lagi dan lagi
Tapi aku anak muda masa depan ayah dan ibu
Tak boleh mati asaku walau pata hati kota karang masih tersimpan jelas dalam memori ingatan

Aku menata langkahku
Memperbaiki patahku
Perlahan menyambungnya satu persatu yang pudar membentuk mimpi
Berpijak dengan kakiku melangkah maju                                            meski yang aku mimpikan tak sesuai pilihan
Demi senyum ayah dan ibu aku memilih melangkah maju

Hati dan raga boleh terpatahkan
Namun senyum ibu menguatkan
Bahu ayah masih meyakinkan
Pastikan saja aku menari bersama asaku                                          meski kali ini aku belum sempat mengerti




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline