Lihat ke Halaman Asli

David F Silalahi

TERVERIFIKASI

..seorang pembelajar yang haus ilmu..

Bantunya Sedikit, tapi Klaimnya Berlebihan

Diperbarui: 3 Juli 2023   07:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Freepik

"Sombong kali lah dia itu sekarang"

"Biar tau kalian ya, bisa pun dia berangkat sekolah ke Jawa, tiketnya dulu aku yang belikan"

"Kalau pun sukses dia sekarang, karena aku bantunya dulu. Tapi tidak ingat dia itu"

Saya terkejut mendengar percakapan yang penuh sindiran di sebuah kumpul-kumpul arisan. Rasa tidak enak menyebar di benak saya. Terus terang saya tidak suka mendengar obrolan macam ini. Sialnya, ada yang menimpali lagi. "Sudah kayak kacang lupa kulitnya dia itu. Tak mau lagi dia gabung dengan kita-kita ini"

Saya makin tidak nyaman mendengar percakapan semacam ini. Kena juga ke saya. Jadi teringat, saya pun dulu pernah diomongin seperti itu, oleh keluarga sendiri pula. 

Memang, ungkapan dalam obrolan itu tidak sepenuhnya keliru, tapi juga tidak sepenuhnya dapat dibenarkan.

Bagi yang mendengar dengan telinga yang naif dan tidak berpengalaman, kalimat-kalimat seperti itu mungkin tampak masuk akal. "Benar juga, kenapa ia begitu angkuh. Mengapa ia tidak menunjukkan rasa terima kasih? Sudah sukses, lantas merasa hebat." 

Inilah gambaran nyata dari gosip yang terkadang bisa membunuh karakter individu.

Bisa jadi orang itu tidak bisa ikut kumpul karena memang sibuk bekerja. Arisan bukan prioritas karena target pekerjaan yang ketat. Meski weekend diminta lembur di tempat kerja. Dan alasan lainnya. Lalu, dia jadi bahan gosip? 


Terlalu sering, orang hanya mengingat bantuan yang mereka berikan, dan lalu merasa bahwa bantuan tersebutlah yang membuat orang lain dapat melewati kesulitannya dan akhirnya sukses.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline