Lihat ke Halaman Asli

David Darmawan

Direktur utama PT Betawi Global Korporatindo, pendiri SOCENTIX dan mantan dirut PT Redland Asia Capital Tbk. (IDX: PLAS) Wakil bendahara BAMUS (Badan Musyawarah) Betawi 1982.

Antara Aspirasi dan Realitas: Evaluasi Awal UU DKJ dalam Pelestarian Budaya, ke Mana Lebaran Betawi Tahun Ini?

Diperbarui: 15 Mei 2024   04:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sanggar Betawi Bangkit (c) 2024

Jakarta, kota yang selalu berubah, sekarang dihadapkan pada tantangan baru: pelestarian kebudayaan Betawi di tengah modernisasi yang rapid. 

Dengan disahkannya UU Daerah Khusus Jakarta (DKJ), harapan besar muncul untuk melindungi dan memajukan seni budaya asli Betawi. Namun, realitas di lapangan seringkali berbeda dengan apa yang tertuang dalam dokumen resmi. 

Khususnya, ketika kita menyoroti Lebaran Betawi yang mendatang, pertanyaan besar muncul: Apakah UU DKJ hanya janji kosong? Lebaran Betawi, sebuah perayaan yang harusnya meriah dengan parade, musik gambang kromong, dan sajian kuliner khas, tampaknya masih terabaikan. Seorang aktivis budaya Betawi mengungkapkan kekecewaannya, "UU DKJ, indah di atas kertas, tetapi realitas di lapangan jauh dari harapan. Kami membutuhkan lebih dari sekadar kata-kata; kami membutuhkan tindakan nyata dan dana yang cukup untuk merayakan budaya kami dengan layak."

Di tengah gembar-gembor Pilkada yang mendatang, banyak calon gubernur yang menyuarakan dukungan mereka terhadap UU DKJ. Namun, ini sering kali terasa seperti strategi politik belaka tanpa komitmen nyata terhadap kebudayaan Betawi. 

"Kalau hanya mau nyalon jadi gubernur yang tidak jelas arah tujuannya setiap orang yang pernah nongkrong di Jakarta juga bisa. Sudah saatnya, Jakarta butuh pemimpin yang berkarakter dan menghormati akar budaya Betawi," ujar seorang tokoh masyarakat dengan nada keras. Lebih jauh lagi, artikel ini mengusulkan integrasi kearifan lokal dengan inovasi teknologi. 

Jakarta bisa menjadi contoh global dengan mengadopsi teknologi cerdas yang mendukung pelestarian budaya sekaligus mempromosikannya secara global. Dari aplikasi yang mengedukasi tentang budaya Betawi, sampai platform e-commerce yang memasarkan produk kreatif Betawi, potensinya tidak terbatas. Inovasi tidak berhenti di sana; kewirausahaan sosial yang mengambil inspirasi dari nilai-nilai egaliter Betawi dapat menciptakan solusi-solusi berkelanjutan untuk permasalahan sosial dan ekonomi urban. 

Proyek-proyek seperti urban farming yang mengintegrasikan metode tradisional Betawi dengan teknologi hidroponik modern bisa menawarkan jalan keluar untuk keberlanjutan lingkungan sekaligus peningkatan kesejahteraan warga. 

UU DKJ memang telah dicanangkan, namun realisasi nyatanya masih jauh dari harapan. 

Kita, sebagai komunitas yang peduli, harus lebih vokal dan militan dalam meminta pemerintah dan calon pemimpin untuk tidak hanya memberi lip service, tetapi benar-benar memprioritaskan dan mengimplementasikan kebijakan yang mendukung kebudayaan Betawi. 

Masa depan Jakarta sebagai kota yang cerdas dan berbudaya terletak pada seberapa baik kita menggabungkan tradisi dengan inovasi, memastikan bahwa Lebaran Betawi, dan budaya Betawi secara keseluruhan, tidak hanya bertahan tapi berkembang di tengah modernisasi kota.

Ini kota butuh pemimpin yang bisa memajukan tanpa melupakan asal-usulnya," kita harus lebih tegas lagi. Di mana tepatnya Lebaran Betawi tahun ini? Seharusnya, di tengah gedung-gedung pencakar langit, kita bisa menemukan panggung yang meriah dengan gambang kromong, tarian Cokek, dan sajian kuliner asli. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline