Lihat ke Halaman Asli

Dua Jempol buat Menteri Sosial soal Rembang

Diperbarui: 28 April 2017   01:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pekan lalu, Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa, berkunjung ke Rembang demi melihat kondisi teraktual dan terkini soal pabrik semen di sana. Tanpa harus melihat pro dan kontranya, saya ingin memberi pujian buat menteri kita itu yang sudah mau berkunjung ke sana.

Bukan apa-apa, Khofifah ingin melihatnya sendiri apa yang terjadi di Rembang. Bukan sekadar “katanya dan katanya” saja seperti yang sedang heboh di media. Buat saya, langkah Khofifah ini patut diacungi jempol. Memang begitulah harusnya seorang menteri, tak harus mendekam di Jakarta, tetapi sidak ke lapangan.

Saya pernah mendengar Menteri Pertanian, Andi Amran, berpidato dalam sebuah acara produk petani beberapa waktu lalu. Beliau mengatakan, hanya dia dan menteri desa yang tidak pernah menghadiri rapat kabinet. Bukan karena malas, tetapi karena dia harus berada di lapangan mengawal ketat sistem kerja pertanian demi mendapatkan hasil yang memuaskan. Sama halnya dengan menteri desa.

Begitu juga dengan seorang menteri sosial. Dia harus mau turun ke lapangan melihat betapa tingginya kesenjangan ekonomi di Indonesia. Ada rakyat yang kaya banget, hidup mewah di perkotaan, ada juga rakyat yang miskin banget, hidup sengsara di pedusunan.

Kaitannya dengan kasus Rembang, memang lagi heboh pro dan kontra pembangunan pabrik semen di sana. Sebagian menolak karena faktor lingkungan. Biarlah itu menjadi urusan menteri ESDM dan KLHK. Tetapi bagi menteri sosial, dia harus mengutarakan pendapat dan memberikan penilaian.

Itulah kenapa, Khofifah terjun langsung ke sana. Menurutnya, “Seeing is Believing”, dengan melihat maka kita akan percaya bagaimana realitas di masyarakat seperti apa secara sosial.

“Saya tanya bagaimana ceritanya, jadi saya dapat info dari Menteri BUMN, KLHK, dan juga Komisi VI serta bupati. Bagi saya, ‘seeing is believing’, mari kita melihat, kita akan percaya bagaimana realitas di masyarakat itu seperti apa, kalau Kemensos akan melihat bagaimana dampak sosialnya,” kata Khofifah seperti dikutip dari detik.

Yang tak disangka oleh Khofifah, ternyata berdirinya pabrik semen di Rembang punya banyak dampak positif bagi masyarakat sekitar. Bukan hanya menyerap 1.600 tenaga kerja, tapi juga pendidikan dan pengembangan usaha kecil menengah.

Berdasarkan data BPS Rembang pun, jumlah penduduk miskin di sana perlahan berkurang. Jika angkanya mencapai 180 ribuan orang pada 2004, tahun 2015 tinggal 119 ribuan orang. Pendapatan per kapitanya juga meningkat dari tahun ke tahun, jika 10 tahun lalu hanya Rp 152.740, tapi tahun lalu jadi dua kali lipatnya, Rp 314.596.

“Ternyata warga di sekitar pabrik semen itu justru merasakan nilai tambahnya. Jadi ada sekitar 110 security di sini dari warga, kemudian bagian komputer dan administrasi juga SDM sini yang telah dikursuskan. Apalagi sekarang SMK-nya disiapkan, pada saat yang sama permodalan untuk UKM juga disiapkan,” sambungnya lagi.

Bicara soal SMK sendiri setidaknya ada enam sekolah yang diajak kerjasama oleh perusahaan. Itu memang sudah menjadi kewajiban mereka dalam pengembangan pendidikan bagi warga sekitar lokasi pabrik atau perusahaan dalam rangka menghasilkan lulusan yang kompeten sesuai kebutuhan industri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline