Suatu hari Gunarko, seorang aktivis level antar kota antar provinsi diwilayah Pantura, yang sering membicarakan mengenai pergerakan kaum tertindas berteriak di depan komplek rumahnya.
"Pemerintah telah mengabulkan permohonan para petani di Rembang sana untuk membatalkan pembangunan pabrik semen, Ini kemenangan petani, ini kemenangan alam!! Joss!!"
Sekejap, warga komplek yang berlokasi di luar ibukota negara Gemah Ripah ini pun berkumpul mengerubungi Gunarko. Tak terkecuali Dudung, pemuda komplek yang dikenal skeptis kepada orang-orang, tiba-tiba menimpali kegirangan dan keheroikan Gunarko.
Dudung : "Bukannya belom selesai ya Gun?"
Gunarko: "Sudah selesai! Kamu baca berita hari ini Dung, pengumuman langsung dari Kantor Staf Presiden Gemah Ripah Loh Jinawi"
Dudung : "Gua udah baca, isinya pemerintah mau bikin kajian lagi kan, kalo ga salah paling lama sampe setaun kedepan"
Gunarko: "Lho, tapi kan yang penting pabrik semen ga jadi jalan, tambang kapur gak jadi, petani bisa bertani lagi, alam ga dirusak!"
Dudung : "Jadi..tapi nanti, kalo Kajian KLHS tahap kedua udah selesai dan Kementrian ESDM selesai mengkaji juga. Kamu tuh aktivis kok baca informasinya gak utuh."
Gunarko: "Kok kamu belain semen sih Dung? Kamu gak peduli lingkungan ya? Kamu tega Dung ngeliat warga Rembang makan semen?"
Dudung : "Kok sampeyan naik darah turun berok Gun? Aku cuma sampein fakta kok. Aku tetep cinta lingkungan, tapi aku gak mau nuduh orang sembarangan tanpa fakta"
Warga yang melihat adu mulut antara Dudung yang slengean dan Gunarko yang lagi semangat '45 pun semakin banyak. Sebagian akamsi (anak kampung sini) mulai pesen kopi dan pisang goreng dingin di warung kopi Mak Kasir, tapi ngebon dulu sambil taruhan diantara dua mahluk itu siapa yang menang. Anak-anak kecil yang tadinya main COC pun mulai duduk melihat Gunarko yang disanggah oleh orang paling skeptis dan slengean di komplek itu.