Sedang terlibat pembicaraan serius dengan seorang pejabat di sebuah Kementerian eh dia malah menanyakan hal yang melenceng, "Ibu, umurnya berapa?"
Sebuah pertanyaan yang mengesalkan; adalah pantangan bagi perempuan mendapatkan pertanyaan berapa umurmu atau berapa berat badanmu. Kalau sampai si Bapak menanyakan hal itu, bisa jadi saya akan memilih untuk meninggalkan pertemuan. Eh tapi apa saya akan seberani itu mengingat kami sedang membicarakan hal besar. Alih-alih meng-entertain rasa kesal, saya memilih untuk bercanda saja apalagi melihat sosok bapak pejabat masih muda dan ganteng.
"59 tahun, Pak." Jawab saya singkat.
Si Bapak setengah tak percaya dengan jawaban saya, dia melanjutkan pertanyaan, "Anaknya berapa?"
"Setengah lusin, Pak," jawab saya. Si Bapak tak percaya, dia tertawa sembari berkata, "Ah masa sih, Bu."
Saya pasang muka lempeng, angkat bahu dan mencoba membawa pembicaraan pada topik semula. Dia sepertinya paham bahwa saya tak nyaman bicara masalah pribadi. Kami melanjutkan pembicaraan sesuai agenda pertemuan.
Beberapa minggu kemudian kami tak sengaja bertemu di sebuah mall, dia mengajak untuk minum kopi di sebuah cafe. Dan di sana ditanyakannya lagi soal jumlah anak dan usia.
Dan dengan tegas saya jawab, "Bapak, perempuan tuh gak boleh ditanya umur atau berat badan kecuali bapak sedang mewawancarai saya kerja."
Si Bapak lagi-lagi terpana sebelum akhirnya mengangguk. Saya melanjutkan, "Nah kalau soal jumlah anak, jika memang sebegitu besar rasa ingin tahu Bapak, akan saya jelaskan."
Saya melanjutkan, "Tidak ada anak yang terlahir dari rahim saya. Namun si Bocah sudah saya ambil sejak bayi, kami besarkan dengan kasih sayang hingga dia meraih gelar kesarjanaannya dalam waktu 3 tahun dengan IPK 3.5. Dia sudah menikah.