Lihat ke Halaman Asli

Dee Daveenaar

Digital Mom - Online Shop, Blogger, Financial Planner

Sastra Blog Tak Perlu Bermazhab Selangkangan

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasca terbitnya buku saya , banyak teman yang berbaik hati menuliskan resensinya...di Kompasiana bahkan ada dua resensi belum lagi di Social Media lain, namun saat saya temukan catatan resensi dari seorang teman lama yang sudah karatan malang melintang baik sebagai pengacara maupun jurnalis (antara lain di majalah Tempo dan SCTV) saya jadi terperangah. Pada istilahnya atas tulisan saya yang disebutnya dengan genre Sastra Blog...huum, memang semua tulisan dalam buku itu sudah saya upload di blog/ jaringan social media.  Uhhh dan tiba-tiba saya terguguk...apa iya saya dah jadi satrawan?  ouh jadi begini toh rasanya....saat produk social media bermetaforsis jadi buku...= sastra blog

silahkan dinikmati tulisan Nunik Iswardhani yang telah saya mintakan izinya buat di share di sini--------------------

Whewww... lega rasanya sudah menuntaskan membaca buku "Dare To Be Urbanista"... Lega, karena buku ini ternyata bukan sekedar novel chick lit biasa, yang sekali dibaca akan langsung terlupa.. Tadinya saya kira penulisnya, yang saya kenal sekitar 20 tahun lalu di sebuah kampus di Depok, sudah terjebak menjadi penulis chick lit (baca: gaya tulisan menye-menye..^_^) untuk konsumsi bacaan anak-anak ABG belaka.... Tapi ternyata, buku Dare To Be Urbanista (DTBU) ini, menurut saya, telah berhasil memotret dengan jeli gaya hidup dan lagak lagu kaum urban yang tiap hari tak kenal lelah menyusuri padatnya jalanan Jakarta untuk sekedar mencari 'segenggam emas dan sepiring berlian'...:D

Tidak bisa tidak, saya berdecak kagum membaca sketsa-sketsa menarik dalam buku ini tentang kehidupan para pengejar profit yang pusat kegiatannya adalah di sekitar kaum 'creme de la creme' alias kalangan papan atas di Jakarta.. tiap hari, bahkan mungkin tiap jam, yang mereka bicarakan adalah prospek transaksi dengan nilai di atas puluhan atau ratusan milyar rupiah.. Ya, penulisnya (DD) memang bukan orang yang asing dengan liku-liku manajemen investasi dan aset bisnis, karena dia adalah seorang trader di pasar modal dengan pengalaman lebih dari dua dekade.. Pantas saja tulisannya terasa detil dan hidup, karena DD sendiri adalah 'insider' yang sudah kenyang makan asam garam dunia yang digelutinya... DTBU adalah karya yang otentik, karena bukan sekedar hasil riset ataupun imajinasi..

'Memotret' lingkup kehidupan pribadi dengan memunguti serpihan-serpihan pengalaman kerja sehari-hari, sulit dipungkiri bahwa buku karya DD ini akhirnya terlihat sebagai semacam tulisan semi-otobiografi dari penulisnya.. Tapi DD sepertinya tak kuatir akan resiko komplain atau (apalagi) tuntutan hukum dari orang2 yang menjadi obyek tulisannya.. Satu 'senjata' yang ia andalkan dalam menulis tentang dunianya sendiri adalah 'reputasi'.. DD adalah seorang trader senior dengan prestasi pencapaian target yang baik dan dikenal memiliki reputasi etika bisnis yang baik pula... Jika dunia bisnis investasi diumpamakan sebagai 'a giant playground', maka player yang dijumpai DD banyak macamnya.. istilah 'teman makan teman' bukan lagi sekedar kiasan, tapi bisa dengan gampang ditemui dalam cerita sehari-hari..

Misalnya yang diceritakan dalam episode "Hotel Prodeo -- Saat Kawan Menjadi Lawan' sungguh bikin tercengang bagi orang yang hidupnya 'lempeng-lempeng' saja.. (misalnya karyawan 'ten to five', atau ibu rumah tangga seperti saya.. hihihi).. Bagaimana tidak, duo Raisa dan Fandi yang sejak lama berhasil menggaet dana klien ratusan milyar per bulan bagi perusahaan, tiba2 retak gara2 Fandi 'tertangkap tangan' membawa narkoba.. Teman2nya yakin sekali --meski sulit membuktikan-- bahwa Raisa-lah yang menjebak Fandi, karena gadis usia 25 tahun itu enggan membayar komisi 400 juta perak yg seharusnya jadi jatah Fandi.. Menghadapi kecurigaan teman-teman di sektarnya, apa respon Raisa? .. "Biarlah anjing menggonggong, orang sukses berlalu".. hehehe.. Agnes Monica bangeett..(hal. 87)..

DD sendiri pernah jadi korban 'office politics' di mana dia dituduh sebagai 'double agent' dari perusahaan sekuritas saingan.. Padahal, rekannya yg melaporkan DD ke manajemen itu lah yang telah membocorkan rahasia perusahaan ke perusahaan saingan mereka.. Rupanya si teman ini tidak menyangka bahwa manajemen perusahaan bakal mengirim mata-mata yang menguntit gerak-gerik DD dan teman tersebut.. Akhirnya, yang terbuka justru kedok si teman yg mengadakan meeting rahasia dengan perusahaan saingan (episode: Maling Teriak Maling, hal 92).

Selain soal persaingan dalam hal pekerjaan, yang tidak bisa ditinggalkan adalah masalah seks dan percintaan.. Hmmm,  tema percintaan ini memang mendominasi hampir separuh isi buku.. Tapi jangan khawatir, seperti yang saya bilang tadi, DD ini bukan jenis penulis yang menye-menye dengan gaya sok mellow ala anak ABG yang galau (^_^)... DD adalah wanita matang yang sukses.. dan cantik (yang saya ingat dari jaman kuliah dulu adalah bodinya yang semlohai, matanya yang bundar berbinar oleh keramahan dan rasa ingin tahu, dan bibirnya yang .. apa ya.. istilah 'sensual' mungkin cocok ya.. hadeuuuh.. ).. Dalam menuturkan jatuh bangun kisah cinta dirinya dan teman-temannya --sesama 'high quality jomblo-ers'-- DD tampak santai tanpa beban, bahkan sesekali menertawakan dirinya sendiri.. banyak kisah cinta temannya yang happy ending, termasuk rekan kerja gay yang sukses 2 kali menikah dengan wanita2 yang cantik, pintar dan kaya.. sayangnya, DD sampai kini belum menemukan lagi Mr Big, eh, Mr Right-nya.. (note dari saya: mungkin ini supaya sumber inspirasi tulisannya tidak kering dan 'mood' menulis tetap terjaga.. soalnya ada cerita DD tentang sosok 'Princess in White' di situs Kompasiana yang akhirnya menghilang dari dunia maya setelah bertemu dengan Prince yang jadi jodohnya.. haha, becanda:D)

Nah, kalau soal seks yang disinggung di buku ini, memang seram-seram (tapi nyata).. Bagi yang jarang gaul, mungkin kutipan-kutipan percakapan dalam buku ini terasa 'vulgar'.. Tapi buat yang sudah baca bukunya Moammar Emka (Jakarta Undercover), apa yang dipaparkan DD di DTBU adalah hal yang biasa saja.. bahkan cenderung tidak ada apa-apanya...  Maka dari itu, teman-teman, saya tidak setuju kalau DD suatu saat ditabalkan sebagai penulis wanita SMS (sastra mazhab selangkangan).. ooh, tidaak.. Anda mesti membaca dulu dengan cermat sebelum menemukan bahwa apa yang diceritakan DD adalah realitas yang sesuai dengan konteks kehidupan kaum urban yang serba gamang.. Habis2an mengejar target pekerjaan, umumnya memang berimbas pada kehidupan pribadi dengan sejuta masalahnya.. Mulai dari soal miskomunikasi, godaan cinta lokasi/selingkuh, sampai Mr P yang kurang produktif (alah maak.. ^_^).. DD sendiri bahkan sempat membuat disclaimer di salah satu halaman DTBU bahwa apa yg diceritakan sungguh nyata, tapi apa yang terjadi di luar (kantornya) sungguh lebih mengerikan..DD menulis buku ini dengan gaya tulisan yang ringan.. Tapi bagi saya, yang ringan dan gaul itu belum tentu dangkal..

Buktinya, sehabis membaca, saya justru jadi mikir.. membayangkan betapa seringnya kita menghakimi sosok2 urbanista ini hanya dari penampilan dan gaya hidupnya..Padahal banyak sisi serius dari DD yang mencuat ke permukaan dalam buku ini.. Misalnya, saat dia mencari pekerjaan baru dan bersemangat untuk down to earth dengan mencoba kerja di LSM.. ternyata dia justru menemukan bahwa proyek2 LSM itu tidaklah 'semulia' yang dianggapnya selama ini.. atau, ketika dia membahas tentang riba dan kehalalan produk investasi yang dijualnya.. Oh ya, dalam hal agama, menurut saya, DD tidaklah 'seliberal' penampilannya.. Dia tidak mau repot membahas kebenaran filosofis dari agama yang diyakininya itu, melainkan fokus memikirkan bagaimana sebaik-baiknya melaksanakan larangan dan perintah yg sudah ditentukan dalam agamanya, sebisa kemampuannya.. (Note: duluuu sekali, DD muda yang penuh rasa ingin tahu pernah mengikuti program kajian Nilai Dasar Islam di mesjid Salman-ITB.. salah satunya yang mengajar adalah Miftah Faridl.. sepulang dari NDI, DD yang semlohai itu tampil di kampus dengan berjilbab rapat.. whaaa..^_^.. sempat saya ingin ngobrol dari hati ke hati tentang hal ini, tapi karena sama2 sibuk dan grup mainnya beda, keinginan itu tak pernah kesampaian.. asal tahu saja, tahun segitu wanita berjilbab adalah pemandangan yang langka dan 'aneh'.. di beberapa lembaga pendidikan dan kantor swasta/negeri jilbab bahkan dilarang.. nah, beberapa tahun kemudian saya dengar DD yang mahasiswi cerdas itu sudah berkarir di sebuah bank dan tidak berjilbab lagi, sampai sekarang.. menurut pengamatan saya, meski kini tak lagi berjilbab, namun DD tetap dipandang religius oleh teman2 dekatnya, karena tak pernah absen sholat dan aktif dalam kegiatan amal bagi kaum dhuafa)..

Yang paling menyentuh bagi saya adalah tulisan2 DD tentang si Bocah.. gadis usia 17 tahun ini sejak bayi dirawat bak anak sendiri oleh DD.. banyak suka duka DD saat berperan sebagai ortu tunggal bagi gadis cantik itu, mulai dari soal bullying antar remaja, hingga soal sex education yg harus dilakukan agar gadis kesayangannya tidak terjerumus dalam pergaulan bebas..
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline