Lihat ke Halaman Asli

David Bekam

TERVERIFIKASI

Inovator yg hidup dengan inovasinya

Mendampingi Tanam Padi dari Malaysia

Diperbarui: 12 September 2016   23:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

benih padi siap tanam umur 20 hari, sudah anakan 4 - 5 anakan

perkenalan dengan Mas Eri Supriyantono

melalui email davebekam@gmail.com saya menerima email dari Mas Eri, beliau tinggal di Kendal Jawa Tengah, yang menurut pengakuan beliau adalah petani pemula, mas Eri tertarik dengan inovasi Biotetes racikan saya untuk tanaman padinya, akhirnya kita bertukar pin bbm, komunikasi lebih lancar, dan mas Eri mau tanam padi di lahan seluas 2 hektar, lewat bbm saya menjadi pendamping pola tanam padi ,saya tinggal di Malaysia sedangkan mas Eri tinggal di kendal, tidak menjadi masalah karena kemajuan teknologi.

bibi padi saat transplanting, terlihat sudah 4 anakan

umur padi 2 minggu ,masih memprihatinkan

masih memprihatinkan di umur 20 hari

tanam dengan jarak tanam yang tidak biasa

melalui tulisan saya di kompasiana , mas Eri termotivasi untuk bisa menanam padi dengan pola yang saya kembangkan, jarak tanam 20 x 40 dan di tanam dengan 1 bibit saja, membuat pekerja tani yang membantu mas Eri kebingungan, karena memang pola ini di anggap baru, di mana biasa nya petani menanam dengan system ubinan 25 x 25 atau 20 x 20 dengan jumlah bibit 3 sampai 5 tanaman,

 kekuatiran petani sungguh beralasan karena serangan hama keong mas sangat mengganggu saat padi baru di tanam, sehingga di perhitungkan bila bibit di makan keong, masih ada bibit yang tersisa, masalah itu terjadi karena saat pindah tanam, bibit padi mengalami fase strees, sehingga biar ditanam banyak bila keong memakan bibit muda maka di pastikan bibit akan mati, dengan inovasi biotetes, bibit yang di tanam tidak mengalami fase strees, sehingga walaupun hanya di tanam satu bibit diumur 20 hari bibit sudah beranak 4 sampai 5 , saat bibit dimakan keong mas, bibit bisa tumbuhkan tunas baru karena bibit padi saat pindah tanam tidak strees.

di bulan pertama penanaman

awal awal setelah tanam, banyak petani tetangga sawah mas Eri yang merasa prihatin dengan pertumbuhan tanaman mas Eri yang menurut mereka memprihatinkan, mas Eri sempat bbm saya dan saya jawab, tenang saja nanti juga akan menyusul dan membalik keadaan, dan untungnya mas Eri tetap berpegang pada saran saya, sehingga proses demi proses bisa berjalan sesuai arahan, penggunaan Biotetes juga tepat waktu setiap 2 minggu sekali sebanyak 4 kali aplikasi.

tanaman mulai terlihat rapih setelah pemupukan susulan dengan pupuk urea dan npk

mulai rapat dan tanaman padi terlihat sehat

anakan produktif rata rata 40 anakan perumpun

pemupukan berimbang

saya anjurkan di awal penanaman menggunakan pupuk kompos, dan mas Eri menggunakan pupuk kompos dariim  pabrik pupuk BUMN sebanyak 2 ton per hektar, saya sampaikan bahwa tanah di ibaratkan sebagai pabrik, bila padi yang akan diproduksi harus di imbangi dengan asupan gizi yang cukup, sehingga produktifitas tanaman bisa sesuai dengan daya dukung lahan, membuat hasil panen juga berkualitas baik, semua arahan saya mas Eri ikuti, sambil terus berkonsultasi lewat bbm, setiap dua minggu di kirim gambar perkembangan tanaman padi, sehingga saya bisa memberikan masukan agar kebutuhan pupuk tanaman terpenuhi.

bulir padi nampak mentul-mentul berisi

ini screen shot chatting saya dengan mas Eri

dua minggu sebelum panen

setelah berjalan tanaman mas Eri menunjukan pertumbuhan yang bagus walau belum maksimal sesuai harapan saya, tapi sudah menunujukan keunggulan dalam segi jumlah anakan, di mana jumlah anakan produktif rata-rata 40 anakan perumpun tanaman, sedangkan tanaman tetangga sawah rata-rata 15 anakan, ini menjadi perbincangan petani sekitar sawah mas Eri, dan luar biasanya, tanaman petani rata-rata terkena hama wereng, tetapi di sawah mas Eri tidak ada serangan hama wereng, dan panen sawah  tetangga  lebih awal panennya, dengan hasil panen 6-7 ton per hektar nya dan petani menjual langsung di sawah ( jula tebasan ) dengan harga Rp 20.000.000 ( dua puluh juta Rupiah ) atau Rp 3.000 / kg Gabah, sungguh sangat di sayangkan bukan ? , sementara tanaman padi mas Eri belum siap panen, karena  bulir masih terus mengisi dilihat dari warna daun bendera yang tetap berwarna hijau.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline