[caption caption="Saya mendampingi Bupati Minahasa Bp Stevanus Vreeke Runtu , berjalan di pematang sawah pendampingan teknologi biotetes, lokasi Tondano, Minahasa th 2011"][/caption]
Nasi adalah makanan pokok masyarakat Indonesia, sebelum jadi nasi disebut beras, sebelum jadi beras bentuknya gabah yang dihasilkan dari tanaman padi, sehingga menanam padi produksi tinggi adalah penting dilakukan agar bisa membantu program Bapak Presiden untuk memenuhi kemandirian pangan, bila tiap hektar padi sawah bisa meningkat 20% saja, maka pendapatan petani akan meningkat, merangsang mereka untuk termotivasi untuk tetap menanam padi, karena memang menguntungkan.
Penyuluhan adalah program yang sangat bagus untuk meningkatkan pengetahuan petani, terhadap teknologi baru, langkah berikutnya adalah pendampingan, saya mencoba membuat program pendampingan getok tular, saya sudah membuktikan program pendampingan berhasil meningkatkan produksi tanaman padi sawah sampai 100%, saya akan ceritakan pengalaman saya di 3 tempat dalam waktu yang berbeda, agroklimat yang berbeda, dan petani dengan latar belakang yang berbeda pula.
Tahun 2008 saya mendampingi petani asli Merauke yaitu suku Marind untuk mengajari mereka bertanam padi, saya membentuk team petani ahli dari Jawa Timur, mereka adalah petani biasa yang saya bekali pola tanam dengan bioteknologi tetes ( Biotes ) inovasi saya, dalam waktu 4 bulan petani pemula bisa panen diatas 8 Ton / hektar, dari sawah baru yang langsung kita cetak, dipinggir sungai di Distrik Wapeko, bisa berhasil karena program pendampingan teknologi selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 4 bulan atau satu musim tanam, sehingga mereka bisa diajari dan didampingi setiap hari, maka hasilnya mereka mampu menjadi petani handal. (Siapa Bilang Orang Papua Engga Bisa Bertani?)
Tahun 2011 saya mendampingi petani di Pesisir Danau Tondano, adalah tanah sawah di ketinggian menengah, 650 meter diatas permukaan laut, saya memberikan pendampingan petani asli Minahasa bertanam padi Jajar Legowo, selama 2 musim, saya cangkokan 2 orang petani ahli, Bp Bibit dan Bp Nari untuk pendampingan pola tanam padi sawah dengan bioteknologi tetes inovasi saya, mereka lah yang mengajari dan mendampingi petani lokal, berhasil panen 13, 6 ton/hektar, gabah kering panen, kualitas gabahnya pun sangat baik, rendemen nya tinggi dan rasa nasinya pulen engga mudah basi, biar dibiarkan 24 jam tanpa di panaskan, terbukti program pendampingan berhasil mengajak petani lokal berhasil tanam padi dengan hasil panen 2 kali lipat dari kebiasaan petani di Tondano yang hanya panen rata-rata 6 ton / hektar.
[caption caption="Perbedaan tanam padi Jajar Legowo 2 jajar dengan teknologi Biotetes ( bagian bawah warna daun lebih hijau tanam terlambat 2 minggu bisa menyusul )dan pola tanam ubinan cara tradisional ( bagian atas warna daun lebih pucat ) lokasi Tondano Minahasa th 2011"]
[/caption]
[caption caption="saat padi berumur 30 hari setelah tanam, tumbuh subur menyusul tanaman padi kontrol tanpa biotetes di bagian belakang. lokasi Tondano Minahasa 2011"]
[/caption]
[caption caption="Bp Bibit dan Bp Nari ditengah tanaman padi sawah dengan panen 13,6 ton, tanaman padi tinggi, sudah siap panen tetapi daun bendera tetap hijau, burung tidak mau mampir, sehingga engga repot pakai orang-orangan sawah, lokasi Tondano Minahasa th 2011"]
[/caption]
Tahun 2012 saya mengutus Bp Bibit dan Bp Nari ke Kabupaten Bantul mendampingi petani di Desa Ciren Kabupaten Bantul Provinsi DIY untuk menerima tantangan Bp Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuana, lokasi sawah cukup tandus, tidak ada hujan hanya mengandalkan saluran irigasi teknis yang sebagian besar saluran airnya tidak berfungsi karena ditumbuhi semak,rumput sehingga menghambat aliran air dan menjadi sarang tikus, pendamping utusan saya mengajak masyarakat untuk bergotong royong membersihkan saluran air sekaligus membasmi tikus, lahan di Desa Ciren mewakili sawah dataran rendah, selama 4 bulan pendampingan berhasil panen padi rata-rata 13 ton / hektar gabah keting panen, dan di panen oleh Sri Sultan Hamengkubuana, Wamentan RI dan Bupati Bantul, lahan ujicoba seluas 3 hektar.