Ada rasa gembira saat Presiden Jokowi mengangkat Nezar Patria menjadi Wakil Menteri (Wamen) Kementerian Informasi dan Informatika. Meskipun Nezar bukan alumni teknik informatika, namun pengalamannya sebagai jurnalis akan mampu membuat Kementerian Kominfo akan lebih baik kedepannya.
Perasaan gembira, bukan hanya terkait harapan Kementerian Kominfo lebih baik saat Nezar Patria berada di dalam kementerian itu, tapi juga karena ada mantan aktivis mahasiswa yang akhirnya masuk lingkar kekuasaan. Seorang menteri (termasuk wakilnya) adalah jabatan politik. Dengan berada di lingkar kekuasaan itu, seorang mantan aktivis akan mampu membuat atau paling tidak mempengaruhi kebijakan yang strategis.
Nezar Patria adalah mantan aktivis mahasiswa. Di akhir kekuasaan rejim otoriter Soeharto, ia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjend) SMID (Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi). Organisasi mahasiswa yang pada saat itu memiliki relasi dengan Partai Rakyat Demokratik (PRD), Partai politik di luar sistem politik Orde Baru yang memilih posisi sebagai oposisi Soeharto.
Banyak aktivis PRD yang diculik. Nezar Patria adalah salah satu aktivis yang diculik itu. Beruntung, Nezar Patria dilepaskan. Sebagian aktivis yang diculik di akhir rejim Soeharto masih hilang hingga kini. Ya, meraka dihilangkan sejak 1998 hingga 2023. Tidak jelas dimana meraka sekarang? Masih hidup atau sudah dibunuh? Siapa yang bertanggung jawab? Tidak jelas!
Sejak Soeharto jatuh, presiden Indonesia sudah berganti berkali-kali. Namun, nasib aktivis yang masih diculik sejak 1998 masih tetap sama. Tidak jelas.
Membicarakan tentang nasib aktivis yang diculik dan tidak jelas nasibnya hingga kini itu, tentu Nezar Patria sudah membaca novel berjudul, 'Laut Bercerita'. Novel yang ditulis oleh Leila S Chudori itu bukan bercerita tentang Ilmu dan Teknologi Kelautan. Novel itu bercerita tentang Laut, tokoh utama dalam cerita itu yang diculik di akhir rejim otoritarian Orde Baru. Orang tuan Laut dan juga aktivis yang diculik dan masih hilang hingga kini masih menanti kedatangan anaknya. Paling tidak, mereka ingin tahu dimana anaknya dikuburkan dan siapa yang harus bertanggung jawab membunuh buah hatinya.
Memang benar, Novel 'Laut Bercerita', adalah fiksi, meskipun sebagian cerita juga benar-benar terjadi. Namun yang jelas-jelas fakta adalah 13 aktivis yang diculik masih hilang hingga kini, dan hingga kini pula masih ada aksi kamisan di depan istana presiden yang meminta kejelasan terhadap 13 aktivis yang dihilangkan itu dan meminta pertanggungjawaban negara. Tentu Nezar Patria mengetahui itu semua.
Kini, Nezar Patria, mantan aktivis yang pernah diculik rejim fasis Orde Baru telah berada di lingkar kekuasaan. Meskipun bukan sebagai pejabat politik di bidang hukum dan keamanan, Nezar Patria memiliki kesempatan untuk membisiki koleganya bahkan Presiden Jokowi untuk serius mengungkap 13 aktivis yang masih hilang itu. Nezar Patria memiliki kesempatan untuk minum kopi bersama koleganya seperti Pak Mahfud MD dan Prabowo Subianto untuk menanyakan bagaimana sebenarnya duduk perkara dari 13 aktivis yang masih hilang itu.
Akhirnya, selamat bekerja Nazar Patria. Jangan lupa pesan dari Laut di Novel, 'Laut Bercerita'. Jangan lupa pula dengan pesan dari aksi kamisan di depan Istana Presiden yang masih menuntut pengungkapan kasus penculikan aktivis. O,ya jangan terlalu serius bekerja, sesekali boleh minum kopi bersama para menteri lainnya, termasuk dengan Pak Prabowo Subianto, sambil mendiskusikan Novel, 'Laut Bercerita'. Selamat bekerja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H