Apa yang sering anda lakukan saat kerja dari rumah di masa pandemi? Jika saya yang ditanya, saya akan menjawab singkat, meeting online dan webinar.
Entah mengapa di saat kerja di rumah, saya merasa lebih banyak meeting daripada saat kerja di kantor. Meeting online itu pun dengan menggunakan beragam platform. Dari zoom, skype, google meet hingga Microsoft teem.
Bagaimana tidak, seringkali dalam satu hari bisa ada lebih dari satu meeting online dengan pihak dengan topik dan platform yang berbeda.
Bila kemudian ditanya lagi bagaimana rasanya meeting online dengan offline? Jawabnya jelas dan singkat, capek. Kenapa capek? Setidaknya ada dua hal yang menyebabkan saya merasa lebih capek meeting online dibandingkan offline.
Pertama, meeting online rentan terjadi salah paham. Alih-alih menyelesaikan persoalan dengan cepat melalui meeting online, seringkali justru terjadi salah paham dalam meeting online. Persoalan sepele jadi menjadi persoalan krusial. Padahal jika kita bisa ketemu secara offline persoalan itu bukan saja mudah diselesaikan namun juga tidak dianggap sebagai sebuah persoalan. Membangun kesepahaman dalam meeting online tidak mudah. Terlebih bila saat meeting online itu kita mematikan menu video. Kita seperti kehilangan sosok manusia. Kita seperti hanya bicara dengan mesin dalam laptop dan perangkat komunikasi kita.
Kedua, meeting online membuat kuota internet kita jebol. Dulu di awal-awal kerja dari rumah saya membayangkan bahwa kerja dari rumah dengan menggunakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) akan lebih hemat karena tidak perlu uang transport dan makan, seperti halnya bila saya bekerja dari kantor. Namun, terenyata bayangan saya itu salah total.
Bekerja dari rumah justru membuat kantong kita kering karena kuota internet kita jebol. Bagiamana tidak, ternyata bukan hanya kita, sebagai orang tua, yang menggunakan kuota internet itu, tapi juga anak kita untuk belajar dari rumah. Anggaran untuk kuota internet di masa pandemic meningkat dua kali lipat bahkan mungkin lebih.
Sebagai trainer dan konsultan knowledge management, selain meeting online, saya juga menggelar webinar terkait knowledge management untuk para klien. Alhamdulillah, meskipun di masa pandemic, saya telah menggelar dua pelatihan knowledge management dengan metode webinar. Pada awal Juni misalnya, saya diminta oleh kawan-kawan INFEST Yogyakarta untuk memberikan pelatihan knowledge management bagi aktivis-aktvis serikat buruh migran dan mitra-mitra kerja Invest. Akhir bulan Juni, saya juga diminta kawan-kawan Yayasan PUSAKA, sebuah NGOs yang fokus mengurusi isu-isu Papua, untuk pelatihan Knowledge Management.
Berbeda dengan meeting online, dari sisi waktu, pelatihan online model webinar ini lebih panjang. Artinya, pulsa juga makin banyak tersedot. Dalam pelatihan online model webinar ini, bisa memakan waktu lebih dari 4 jam, tentu saja dengan beberapa jeda untuk rehat.
Terkait dengan itulah, tidak bisa tidak, di era pandemic ini saya memerlukan sebuah perangkat digital telco yang anti sedot pulsa. Bagaimanapun juga di era pandemic ini saya perlu melakuakan switch terhadap cara kerja dari offline ke online. Salah satunya dengan menggunakan tools yang memudahkan kerja-kerja kita. Dengan tools itulah kegiatan saya di era pandemic dapat terus berjalan dengan aman dan nyaman.
Meskipun di era pandemic saya perlu tetap bekerja dan beraktifitas. excite everyday life harus tetap ada meskipun saya hidup di era pandemic Covid-19. Di era pandemic seperti ini, hidup dengan menggunakan tools digital adalah sebuah adaptasi kebiasaan baru selain cuci tangan pakai sabun dan menggunakan masker.
Akhirnya, saya secara pribadi berharap kehidupan kembali berjalan dengan normal baru. Roda ekonomi kembali berjalan dengan mengadaptasi kebiasan-kebiasan baru, lebih ramah terhadap kesehatan dan juga kelestarian lingkungan hidup. #readytoswitch