Lihat ke Halaman Asli

Firdaus Cahyadi

Penulis, Konsultan Knowledge Management, Analisis Wacana, Menulis Cerita Perubahan dan Strategi Komunikasi. Kontak : firdaus(dot)cahyadi(at)gmail.com

Warga Darurat Asap, Anda Justru Akan Berkunjung ke Amerika Serikat (Surat untuk Presiden)

Diperbarui: 22 Oktober 2015   08:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pak Jokowi,

Bencana ekologi kabut asap terus berlanjut dan semakin menggila. Saudara-saudara kita di Sumatera dan Kalimantan sedang tercekik oleh kabut asap akibat pembakaran hutan dan lahan. Bahkan, kebakaran semakin meluas di pulau-pulau lain. Data KOMPAS hari ini (22/10) ada 1368 titik api di seluruh Indonesia. Penderita ISPA akibat asap kebakaran lahan dan hutan hingga 11 Oktober mencapai 58.697 orang. Dan sudah 7 orang warga negara yang meninggal dunia akibat bencana ekologi kebakaran hutan dan lahan ini

Pak Jokowi,

Udara bersih yang sejatinya menjadi hak setiap warga negara kini menjadi barang mewah. Negara telah gagal memenuhi hak warga negara atas udara bersih. 

Di tengah penderitaan warga akibat kabut asap itu, tersiar kabar bahwa Presiden Republik Indonesia Jokowi, justru akan berkunjung ke Amerika Serikat pada akhir Oktober ini.

Pak Jokowi,

Apa yang anda cari di negeri  Amerika Serikat itu? Di sini jutaan rakyat menderita tak bisa bernafas justru anda akan tinggalkan begitu saja, hanya untuk bertemu dengan pengusaha dan petinggi Amerika Serikat. Lelucon macam apa lagi ini wahai tuan presiden!

Pak Jokowi,

Anda dipilih oleh rakyat Indonesia, termasuk yang sekarang menderita tercekik kabut asap. Pak Jokowi, anda menjadi Presiden Indonesia bukan dipilih oleh petinggi dan pengusaha Amerika Serikat sana. Lantas, mengapa di saat sebagian besar rakyat yang memilihmu menderita kok anda justru meninggalkannya dengan berkunjung ke Amerika Serikat untuk menemui para pengusaha dan petinggi di negeri itu.

Pak Jokowi,

Rakyat telah menyisihkan sebagian pendapatannya untuk bayar pajak agar presiden dan jajaran kabinetnya dapat gajian setiap bulan dan menjalankan pemerintahaan. Bukan petinggi dan pengusaha Amerika Serikat yang selama ini mengumpulkan uang untuk menggaji presiden dan jajaran kabinetnya. Tapi mengapa di saat rakyat yang telah urunan membayar gaji presiden dan kabinetnya menderita akibat kabut asap, presiden justru pergi untuk menghadap petinggi dan pengusaha Amerika Serikat?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline