Lihat ke Halaman Asli

Kenapa Harus Menangis?

Diperbarui: 15 September 2017   00:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menangis bukan berarti cengeng,justru menangis adalah jalan kekuatan. Kuat dalam mengekspresikan dosa lewat tangis.

Dulu,saya sempat menjadwal tangis dalam hidup. Setiap seminggu sekali,tepatnya di malam Jum'at. Di malam ini,saya biasakan memaksa agar diri ini menangis. Jika tidak berhasil,saya uras tangis itu dengan paksa,sampai sajauh mana ia (tangis)menyesali sitiap dzolim,kejahatan yang diperbuat beberapa hari sebelum Jum'at tiba.

Rutin kebiasaan itu saya lakukan, hingga setiap malam Jum'at tiba. Saya harus rela untuk menangis. 

Menangisi setiap kejahatan yang diperbuat,menyesali setiap kedzoliman dilakukan, dan merenungi rangkaian dosa-dosa yang telah dilakoni. 

Alhamdulillah,sesal kala itu sering berhasil mengundang tangis. Sehingga tidak repot-repot aku menunggu tangis. Menunggu saat tersakiti baru bisa menangis.

Sekarang, entah kenapa, tangis itu susah sekali mengetuknya apalagi mengundangnya. Sehingga kebiasaan-kebiasaan dulu itu, tidak lagi masuk daftar jadwal muhasabah. Saya yakin, ini bertanda. Karena dosa-dosa bertumpuk mengalahkan amal,sesalpun sulit berkompromi mungundang tangis.

Ampuni kami ya, Rabb..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline