Lihat ke Halaman Asli

Negeri yang Tak di Rindukan

Diperbarui: 15 Februari 2016   11:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Pagi ini hujan mengguyur kota pahlawan, berubah adem rasanya suhu kota ini, serasi kehidupan mengakurkan diri dengan alam , pohon dan tumbuhan terasa betah menghijaukan diri dan makhluk-makhluk lain pun saling berdoa mudah2han hujan pagi ini mendatangkan kemanfaatan untuk negeri ku.

Panasnya kota pahlawan tidak jauh beda dengan ibukota tapi kedua kota ini menyimpan keberlangsungan  pendidikan  para anak negeri ini untuk merubah nasib. Hampir semua penduduk negeri ini pergi mengadu nasib di dua kota ini. Tidak sedikit orang yang sukses dan banyak juga orang yang kalah berjuang di kota ini. Begitulah seni hidup, tergantung yang menjalankannya, bagaimana ia bisa menikmati tantangan hidup sehingga menjadi vitamin dalam putaran nasib kehidupan?. 

Pagi ini Mas Deni (sarjana)menghidangkan segelas kopi  susu untukku sembari ku memandangi langit kota ini, tenang rasanya andaikan kan hidup ini layaknya hujan yang mengguyur bumi semua penghuni didalamnya hidup kembali, hujan mampu memberi tanpa menuntut balasan. Tapi kehidupan di negeri ini tidak seperti hujan, malah seperti benalu, banyak menyimpan ketamakan serta seribu angkuh, hukum tak jelas, tolak ukur kehidupan materi, jabatan dan kedudukan, yang kaya bisa membeli hukum yang miskin bisa mati karena hukum, dengan kata lain banyak fulus mulus mafi fulus mampus. 

Melihat para pekerja keras di kota ini seakan mereka budak di negeri sendiri,memperjuangkan nasibnya demi sesuap nasi untuk anak dan keluarga mereka. Sementara itu para pendatang baru adalah bosnya. Dan para pejabat dan wakil rakyat hanya mempertontonkan kegaduhan sesama mereka didepan publik, seakan mereka bekerja atas nama rakyat. Sungguh malang negeri ku ini. 

Sungguh negeri yang tak dirindukan. Yang s1saja masih linglung menjajakan map kuning. Kata mas feri (sarjana) "susahnya mencari kerja di negeri sendiri kalau pun ada paling kerjaan kasar (kuli)" ampun dah !. Cocoklah rakyat mu ini pak Presiden kau jadikan kuli di negeri sendiri sedangkan para investor kau jadikan raja. 

Itulah sebabnya, para intelektual anak bangsa ini lebih dipakai di negeri orang daripada di negeri sendiri dan merekapun lebih nyaman di negeri orang.

Pak Presiden, letihnya garuda terpampang di negeri ku...

Surabaya. Fn 15022016




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline