Lihat ke Halaman Asli

Memahami Adam Smith dalam Lima Menit

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

. Adam Smith (1723-1790) merenung dalam-dalam. Ada rasa penasaran yang menggelayuti fikiran dan hatinya. Ia memandang langit luas, yang bintang-bintang serta bulan menghiasi kelam malam. Dan planet-planet jauh di balik sana. Ahh..sebuah keteraturan benda-benda langit, yang ditata oleh mekanisme alami sedemikain rupa. Keteraturan planet-planet sebagaimana telah ditemukan dan dirumuskan oleh para astronom besar Isaac Newton (1642-1727), Galileo Galilei (1564-1642) dan Johann Kepler (1571-1630). Ia kemudian memandang ke jalan, mengamati orang-orang yang lalu-lalang. Berbagai ragam, banyak kepala,..dengan urusannya masing-masing, dengan tujuannya masing-masing. Tapi...meski terdapat perbedaan kepentingan dan tujuan,..yang bergerak ke segala arah.... mengapa masyarakat ini tidak berakhir kacau balau? Kekuatan apa yang menyatukan mereka semua itu? Seperti tata surya yang memiliki gaya gravitasi yang mengikat planet-planet menjadi rapi,....kekuatan/gaya apa yang telah mengikat kerumunan individu ini menjadi sebuah tatanan masyarakat yg juga rapi? Sebagai seorang filsuf moral sekaligus menjabat sebagai profesor Filsafat Moral di Universitas Glasgow Skotlandia, Adam Smith memang ngurusi bidang pemikiran yang sangat luas. Saat itu ilmu ekonomi belum lahir. Ilmu filsafat moral lah yang memikirkan tentang berbagai fenomena sosial, mulai dari soal perkawinan, etika, agama, seni, sejarah hingga urusan diplomatik antar negara. Belum ada yang namanya ekonomi. Dan sekarang ia penasaran sekali untuk mencari mekanisme dasar dari dinamika masyarakat sosial itu. .. Gaya gravitasi sosial yang pertama,.... ia ungkapkan dalam karya monumentalnya yang pertama, The Theory of Moral Sentiments (1759), yaitu kemampuan untuk bersimpati (sympathy/fellow feeling) adalah gaya gravitasi yang merapihkan tatanan masyarakat seluruhnya! Ya, gaya gravitasi mengikat planet-planet...dan simpati mengikat individu manusia-manusia! Bagaimana cara kerjanya?

  • Dengan simpati kita mampu untuk merasakan perasaan orang lain, kebahagiaan, kedukaan, kebutuhan akan penghormatan, kepedulian dan kebutuhan akan kemuliaan mereka.
  • Dengan simpati, kita menjadikan orang lain sebagai cermin dari segala perilaku, sikap dan tindak-tanduk kita. Kitapun sama seperti mereka.
  • Dengan simpati, kita kemudian menimbang-nimbang dan menilai kepantasan dari tindakan kita...seakan-akan dinilai dari pandangan orang lain. Kita menjadi pengamat obyektif yang mengambil jarak dari diri kita sendiri (spectators).
  • Dengan simpati kita mendisplinkan diri kita, dan pada saat yang sama juga mendisplinkan orang lain...untuk bertindak yang baik demi memperoleh yang baik-baik (dihormati, dibilang sebagai orang yang baik, dibilang beradab, baik hati, dll).

Maka sebagaimana gaya gravitasi, simpati mengikat gerakan individu-individu supaya tidak bercerai-berai. Maka mereka saling berinteraksi dalam semangat saling ingin mendapatkan kemuliaan. Mereka saling bertransaksi dalam semangat saling peduli, saling memenuhi kebutuhan dan saling menjaga reputasi. .. Gaya "gravitasi sosial" yang kedua,.... adalah kepentingan diri (self interest). Sebagaimana ia ungkapkan dalam buku monumentalnya yang kedua, An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (1776).  Inilah gaya inti yang merapihkan tatanan masyarakat sosial. Inilah tujuan dari setiap individu dalam berinteraksi dengan individu lainnya, yaitu untuk memenuhi kepentingan dirinya. Dan Pasar, adalah sebuah ruang pertemuan yang udaranya dipenuhi oleh rasa simpati dan pengejaran kepentingan diri tersebut. Si tukang jagal menjual daging karena ia mengerti, bahwa orang lain membutuhkan makan malam yang enak. Dan dengan memenuhi kebutuhan makan enak mereka, si tukang jagal bisa mendapatkan uang untuk dibelikannya roti.  Si tukang roti membutuhkan uang untuk membeli pakaian. Untuk itu, ia menjual roti kepada si tukang jagal...mendapatkan uang....untuk dibelikan pakaian. Mereka tidak mau menipu, karena reputasi mereka akan rusak di mata orang lain. Maka semuanya akan bertransaksi secara jujur, secara terhormat, secara beradab. Bukan berarti mereka berbaik hati lho. Mereka hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan agar kepentingan diri mereka masing-masing terpenuhi. Tukang Jagal butuh roti. Tukang Roti butuh pakaian. Dan seterusnya dengan orang lain, ribuan orang lain...ribuan jumlah kebutuhannya. Semuanya saling memahami...semuanya saling berinteraksi...saling meminta (demand) sekaligus juga saling memberi (supply). .. Demikianlah inti pemikiran Adam Smith tentang kekuatan pengikat yang menyatukan keberagaman kepentingan individu, agar tetap membentuk tatanan yang rapi. Tentang kekuatan "gravitasi sosial", yang menyamai kekuatan gravitasi benda-benda langit. Kekuatan yang mengikat masyarakat  sehingga tidak tercerai-berai: kekuatan simpati dan kepentingan diri. ..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline