. Pagi hari ketika sarapan dihidangkan dan udara masih menyisakan wangi malam. Dentingan lembut gender dan saron yang mengiringi lantunan tembang berbahasa jawa, seakan berusaha menghentikan waktu. Dan seluruh gerak kehidupan yang berlari kencang membawa berjuta keinginan, jutaan mimpi, berjuta kebutuhan, berjuta kegelisahan. Lantunan tembangku kutahu tak mampu menghentikan semua itu. Denting saronku kutahu tak bisa mengalahkan semua gelisah dunia yang menggemuruh di hatimu. Hanya sedikit doa yang kutitipkan pada setiap nada dari setiap ketukan tanganku...pada setiap baris lantunan tembangku...yang dari hari ke hari semakin lemah bersama usiaku yang tergerus waktu. Hanya sedikit doa...yang kuletakkan pada sejenak jeda perjalananmu: Teruslah mengalir mengikuti arus kehidupan. Sederas apapun ia menghanyutkan...sedalam apapun ia menenggelamkan. Karena masa depan adalah misteri...yang IA simpan sendiri dalam kesadaran yang meliputi semesta... dan kebaikan paripurna... Semoga keselamatan menemani...semoga kebahagiaan kau jumpai....hingga penghujung perjalananmu nanti.... . Yogyakarta, pada sejenak waktu... Foto-foto koleksi pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H