Lihat ke Halaman Asli

Aku dan Anda Berbeda, dan Biarlah Demikian...

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ketika negeri telah semakin gerah, semakin terasa sesak akibat ulah segolongan mereka yang semakin memaksakan identitasnya -apakah itu identitas politis atapun religius- sebagai sebuah identitas yang harus ditiru oleh yang lainnya...apalagi dengan mengatasnamakan "demi kebenaran" dan "untuk kesucian"... maka sudah saatnya kita mengingat-ingat kembali tentang siapa kita sebagai manusia di antara manusia yang lain di sekitar kita. Mengingat kembali, bahwa ketelanjangan wajah (epifani) adalah kehadiran langsung dari “yang lain” sebagai “yang lain” (Emmanuel Levinas, 1906-1995). Antarsubyektivitas adalah perjumpaan antara Aku sebagai manusia yang otentik menjadi Aku....dengan yang lain, yang juga secara otentik menjadi yang lain. Anda adalah misteri yang tak pernah merupakan pengalaman ilmiah. Tak ada orang yang bisa memaksa anda menjadi seseorang atau sesuatu yang lain. Tak ada orang yang bisa “menggunakan” Anda. Anda tak pernah merupakan “obyek”. Maka dalam hubungan Aku-Anda tak pernah ada hubungan penguasaan dari Aku terhadap Anda atau Anda terhadap Aku. Seorang filsuf Austria, Martin Buber (1878-1965), menyatakan bahwa hubungan antarpersonal seyogianya bersifat mutual dan holistik, dimana hubungan “Aku-Anda” (Ich-Du, I-Thou) adalah hubungan dua kutub yang setara, yang merupakan hubungan timbal balik yang sempurna (Gegenseitigkeit). Lebih jauh Gabriel Madinier (1895-1958) mengatakan, bahwa “menghendaki yang lain sebagai subyek” merupakan cerminan cinta kasih. Dan dalam cinta kasih kita tidak ingin “menguasai” atau “memiliki” orang lain, baik secara fisik, psikis maupun intelektual. Cinta yang murni adalah cinta yang tidak bersyarat, dan yang hanya menginginkan kebaikan dari yang dicintai; velle alicui bonum (Thomas Aquinas, 1225-1274). Dengan demikian, secara umum antarsubyektivitas mengingatkan sebuah visi kemanusiaan yang memandang “yang lain” (manusia lain dan lingkungan) sebagai yang setara, yang harus diperlakukan dengan rasa cintakasih, berkeadilan dan empati. Tidak boleh ada pemaksaan terhadap yang lain untuk merubah dirinya menjadi Aku. Anda adalah anda yang otentik, dan Aku tak pernah boleh merubah Anda menjadi Aku...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline