Lihat ke Halaman Asli

Kerajaan Ular dan Para Pecundang

Diperbarui: 25 Oktober 2015   12:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 MENTARI belum lagi menampakkan diri. Raja ular berkepala dua menggeliat, menimbulkan suara keresek dedaunan. Kedua kepalanya terangkat tegak. Satu menoleh ke kanan, satu menoleh ke kiri. Mencari- cari, dimana Ratu Ular berada. Tadi malam, dia masih melingkar hangat disisinya.

Mata kecil Raja ular yang licik menelisik. Ratu ular belum terlihat, tapi diketemukannya selongsong kulit.

Hah. Ratu Ular berganti kulit kembali? Hendak kemana lagi dia hari ini ?

Raja ular maklum. Akhir-akhir ini Ratu ular berkeliaran kesana kemari. Bergabung ke kelompok sini dan sana. Tak jelas maunya apa. Untuk itu dia perlu sering berganti kulit...

***

Sementara itu, di sebuah daratan ditepi laut luas yang membentang, Emak Menor mengucurkan air ke dalam bak. Dimasukkannya botol cairan pemutih pakaian ke dalam bak tersebut. Di dekatnya, ada gayung berisi air hangat yang dikucurinya tiga bungkus penuh detergen.

Emak Menor mengangkat dagunya. Berkaca, memoles senyum. Gincu merah darah sudah siap dipoleskan, nanti seusai dia berendam dalam cairan pemutih pakaian dan mencuci muka dengan detergen.

Angan Emak Menor melambung tinggi, membayangkan para penggemar yang akan bersuka cita menyambutnya..

***

Pada keping ruang dan waktu yang berbeda, para arwah dari berbagai abad melayang- layang.

Di antara mereka, Sun Tzu menggeleng- gelengkan kepalanya. Dia terkekeh- kekeh. Makhluk yang duduk kursi pesakitan di dalam sebuah ruangan luas dengan langit- langit tinggi itu rupanya bertempur tanpa mengetahui siapa lawannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline