Lihat ke Halaman Asli

Cerpen: Sebotol Air Bertuah

Diperbarui: 12 Mei 2021   06:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Air bertuah. (Sumber Ilustrasi: Pixabay)

Bulan sabit tersenyum kepada sang malam. Para bintang mengawal jalan si bulan, bergerak menuju langit tengah.

Malam itu begitu dingin dan sunyi. Kabut tipis perlahan naik dari lereng bawah, meramaikan tempat itu dengan anggun tanpa sepatah kata.

Tampak seorang pemuda berbaring di gunung itu. Matanya tak terpejam, sibuk melihat ke satu benda yang digenggamnya.

"Masa depanku." Katanya setengah bergumam.

Ia memegang sebuah botol, yang di dalamnya berisi air suci. Air itu terjun dengan deras, dari atas tutup botol ke dasar botol. Di tengah derasnya air itu, pemuda melihat gambaran dirinya.

Ia melihat dirinya sedang duduk di sebuah kursi. Ia mengenakan sebuah jubah yang menutupi punggungnya. Dan dikepalanya ada mahkota terpasang dengan megahnya.

"Masa depanku.." katanya lagi, sambil terus memandangi botol air itu.

Saat ia larut menatap bayangan dirinya di dalam botol, tiba -- tiba sebuah mata bulat hadir di hadapannya. Mata itu menatapnya dari balik botol bening itu.

"Hei.. kau belum tidur rupanya. Hematlah tenagamu untuk besok." Kata suara dari balik botol.

Pemuda itu tak menghiraukan. Ia masih menatap lekat -- lekat air itu.

"Tidurlah!" kata suara itu lagi, sambil merampas botol itu dari si pemuda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline