Suatu hari di akhir tahun 90-an, klub sepakbola Lazio melawan Juventus. Keduanya bertanding untuk berebut posisi teratas di Liga Italia.
Waktu itu kedua tim sama hebat. Namun kualitas pemain Juve sedikit di atas pemain Lazio. Tapi anehnya, Lazio memenangkan pertandingan itu. Seorang pemain muda Lazio, Nedved, berpengaruh banyak terhadap kemenangan itu.
Beberapa pekan kemudian, dua klub Italia itu bertemu lagi. Lagi -- lagi Juve dikalahkan Lazio. Dan lagi -- lagi Nedved jadi penyebabnya.
Aksi Nedved membuat Juve kesal sekaligus tertarik. Juve ingin menghentikannya, tapi selalu gagal. Juve tidak tahu harus pakai cara apa lagi. Jadi Juve merekrutnya sebagai pemain.
Lalu Nedved pindah ke Juve. Tidak mudah bagi Nedved bermain bersama pemain top. Bahkan awalnya Nedved sering dicadangkan.
Tapi berkat latihan bergaya datang-awal-pulang-terakhir, Nedved perlahan menigkat. Ia makin sering bermain dan mencetak gol untuk Juve. Puncaknya, ia berhasil menemani Juve tembus final Liga Champions yang bergengsi.
Keberhasilan Juve diuji dengan kecurangan pengaturan skor. Juve dihukum untuk turun ke divisi dua. Para pemain Juve banyak yang pindah ke klub lain. Nedved juga ditawari pindah, tapi ia bilang "Aku akan bermain untuk Juve, di liga manapun Juve berada".
Ia terus bermain untuk Juve. Kemenangan demi kemenangan diraih, membuat Juve kembali ke liga teratas.
Namun saat itu, Nedved sudah tak sekuat dulu. Ia kesulitan mengimbangi gerak cepat lawannya yang muda -- muda. Saat ingin pensiun, ia ditawari bermain untuk klub Inter, dimana Inter adalah musuh berat Juve.
Inter menawari Nedved dengan janji akan memberinya gelar Liga Champions. Tapi meski Nedved sangat ingin meraih gelar itu, ia terlalu berat untuk meninggalkan Juve.