"Hai, cewek kesepian. Mau kubarengi biar ga terlalu kesepian?"
"Aku ga butuh."
"Serius kamu? Nanti nyesel, loh."
"Biarin."
Jon menyusul Mimi. Lalu ia memberi sepucuk amplop biru kepada sahabatnya itu.
"Dari fansmu." Katanya sambil mengedipkan matanya.
**
Di kamarnya, Mimi membuka amplop biru itu. Di bagian depan tertulis "for Mimi, my beloved friend". Lalu ia merogoh isinya. Ada secarik kertas berwarna putih. Di atasnya tertulis undangan ulang tahun dari Alan.
"Ia mengundangku! Ia mengundangku! Akhirnyaaa~..." Katanya sambil memeluk undangan itu dengan erat.
**
Hari itu tiba. Mimi sudah berpakaian rapi dan berdandan cantik. Ia diantar supirnya ke rumah Alan. Ia membawa kotak kado kecil berwarna merah. Ukurannya hanya segenggam tangan.
"Semoga ia suka dengan kacamata ini." Harapnya.
**
Saat Mimi keluar dari mobilnya, kebetulan ia bertemu dengan Jon. Setelah saling ejek sebentar, keduanya masuk ke dalam rumah Alan.
"Hai kalian. Terimakasih telah datang."
Alan diam sebentar sambil menatap mereka berdua.
"Ada apa?"
"Ah tidak. Ternyata kalian bisa akur juga, ya?"
Jon menepuk bahu Alan sambil tergelak.
"Bagaimana mungkin aku bertengkar terus dengan adikku ini?"
Lalu Jon masuk ke ruang tamu, bergabung dengan yang lain. Sementara Mimi masih diam membisu. Dalam hatinya berkata, "Awas kau, Jon."
**
Ruang tamu sudah dipenuhi banyak orang. Mereka adalah teman sekolah Alan. Semuanya tampak ceria, bersenang -- senang sambil makan camilan. Hanya Mimi yang terlihat sendirian di salah satu sudut ruangan.
Alan membawakan segelas cocktail dan memberikannya kepada Mimi.
"Terimakasih atas kadonya. Aku suka."
"Tidak, aku yang seharusnya terimakasih karena telah diundang."
"Oh ya. Awalnya aku mau memberikan undangan itu langsung. Tapi kupikir aku belum akrab denganmu, jadinya kutitipkan lewat Jon."
Hati Mimi berbisik, "Jadi sekarang kamu mau akrab denganku?"
"Sebenarnya aku mau bilang ini dari dulu. Mimi, aku suka kamu."
Mimi memeberanikan diri untuk menatap Alan. Tidak ada keraguan di wajah tampannya. Justru Mimi yang ragu, apakah ini nyata atau mimpi belaka?
Mimi ingat Ia menyukai Alan sejak pertama bertemu. Mimi ingat ia sangat menantikan pelajaran olahraga, karena cuma saat itulah ia bisa lebih dekat dengan Alan. Ia juga tak menyangka dapat undangan pesta ulang tahun dari Alan. Bahkan sekarang, ia bisa ngobrol dengannya. Lalu ia menyatakan cinta? Rasanya mau pingsan!
"Mimi? Kok diem?"
"Ah maaf, Alan. Aku ga tahu harus bilang apa."
"Kamu ga suka denganku?"
"Tidak juga. Cuma.. Gimana ya. Aku sekarang sedang dekat dengan seseorang."
Mimi segera meminta maaf lalu buru -- buru pamit.
**
Tak berapa lama, ia dijemput supirnya. Sepanjang perjalanan pulang, ia terdiam. Namun sesampainya di rumah, ia segera keluar mobil lalu mendobrak pintu kamarnya. Diambilnya sebuah foto dari laci mejanya. Foto itu memperlihatkan Mimi yang masih SMP. Ia ditemani oleh seorang laki -- laki yang wajahnya mirip dengan Alan. Dulu mereka berpacaran, tapi hanya berjalan sebentar karena si pria pindah ke luar negeri.
Mimi meremas foto itu, lalu menangis sejadi -- jadinya.
"Mamaaaaa!!! Aku kangen Robiii...!!!"
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H