Pak Cik mengayuh sepedanya bersama putaran dunia
Ia menoleh ke belakang, dan tampaklah batu - batu masa depan yang berbaris rapi
Salah satu dari mereka amat cemerlang, hingga menyilaukan kedua matanya
Satu batu lebih tinggi dari yang lain, merendahkan pandangan polos Pak Cik
Batu pijakan yang tak tahu asalnya, mengangkat yang satu dikenal dunia
Pak Cik sempat kagum sekilas, membuat sepedanya terbang di angkasa
Lalu ia terhenyak, karena merasa terlalu penuh untuk makan, dan terlalu keras untuk didambakan
Batu itu masih mengkilap di tengah jejeran batu pudar
Pak Cik menghela napas, membalikkan pandangan ke depan, kembali ke sepeda tua miliknya
Ia mengayuh lagi, tanpa tahu kemana ia menuju, tanpa tahu apa yang telah ia lewati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H