Lihat ke Halaman Asli

Puisi: Tiang Penyok

Diperbarui: 25 Agustus 2020   18:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi sepeda tau yang bersandar di tiang. (sumber: pixabay.com/brenkee)

Sore itu Pak Cik menemani sepedanya berkeliling desa 
Sepedanya berkeringat dan bermandikan peluh, membuat kerangka keringnya basah akan perubahan 
Pak Cik tahu, menghentikan kayuhan dan menyandarkan besi tua itu 
Di tiang listrik yang tinggi, kurus dan legam 

Sama tua, namun beda rupa 
Logam rakitan Pak Cik mulus halus, dan tiang yang menjulang berlumur kerak dan karat 
Kulitnya terkupas irisan zaman, dan tepat ditengahnya ada luka lebam  
Tiang itu penyok 

Lekuk pada tiang itu meluruskan keingintahuan Pak Cik 
Mungkin ada seorang bodoh yang membenturkan jidatnya 
Tapi adakah? 

Atau sebuah kendaraan berat tak sengaja menubruknya 
Tapi itu di gang sempit! 

Bisa saja seseorang menghantamnya dengan batu 
Tapi buat apa? 

Cahaya jingga memudar, diganti abu - abu suram di langit barat 
Pak Cik mengayuh sepedanya lagi, meninggalkan tiang penyok dan menanggalkan asumsinya yang berkelok 
Saat kusapa, ia hanya berlalu dan tak membalas 
Lalu kulihat tiang itu sudah tak penyok lagi 
Dan tampaknya aku tahu kemana perginya 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline