Lihat ke Halaman Asli

Kucing Oranye dan Seruas Tulang Ayam

Diperbarui: 19 Agustus 2020   03:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seekor kucing oranye lewat dan berdiri di kejauhan, saat aku menghabiskan sepotong ayam goreng
Si jingga berdiam disana, mendudukkan perut gembulnya, entah karena kekenyangan atau sedang bunting
Sesekali ia mendongak, menanti cicak merayap ke bawah, yang ia tahu itu tak mungkin terjadi

Penantiannya meluruhkan pengabaianku, sehingga dalam sekejap tanganku melempar tulang ayam ke arahnya
Bagai dibelokkan angin, lemparanku melenceng jauh darinya, sehingga ia tak tahu

Kuambil selembar kertas, meremas - remasnya jadi sebesar bola bekel, dan melemparnya ke samping tulang
Sang kucing terpancing, lantas mendekati bola kertas itu tanpa menghiraukan tulang di dekatnya

Kata tuhan, "Mintalah maka kukabulkan"
Kurapal doa dan mantra agar ia menoleh ke arah tulang, dan keajaiban terjadi
Ia meninggalkan kertas dan melangkah menujunya, membuat hatiku berteriak lancang, "Ya! Betul begitu!"

Ia menghampiri tulang itu, mengendusnya sebentar, lalu kembali ke gumpalan kertas tadi
Ia menendang bulatan kertas itu lalu mengejarnya, menyepak lagi dan berlari menangkapnya untuk kesekian kali
Lalu dia menggigit dan membawanya pergi, sebelum menghilang di balik gelapnya malam

Aku menertawakan tingkahnya, yang sibuk dan repot karena mengejar tujuan yang dibuatnya
Dan aku juga menertawakan kebodohanku, karena telah merasa tahu segala tentangnya dan apa yang akan terjadi selanjutnya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline