Lihat ke Halaman Asli

Daun Talas yang Tak Ku Benci

Diperbarui: 18 Agustus 2020   01:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kata orang, dunia tak selebar daun kelor
Tapi semakin kesini, dunia juga tak seluas padang surga
Apapun yang kulakukan salah, bagai dihujani panah dari segala arah
Kemanapun kumelangkah selalu mentok, dihadang tembok kelemahan dan keterbatasan

Saat diriku sibuk mengeja makna kehadiranku di dunia ini, tiba - tiba muncullah matahari di kala malam
Saat gerhana seperti ini, aku selalu rindu keabadian
Aku berharap cahayanya kan selalu ada, dan memayungi kami dari gelapnya malam dan pekatnya hitam
Aku berharap takkan ada kejatuhan dan kegagalan, sehingga aku bisa menyesap manisnya kedamaian

Sesuatu akan indah jika jarang terjadi, seperti gerhana yang muncul sesekali
Selain darinya, akan banyak mendung menakutkan, ribuan petir mengejutkan dan jutaan badai membingungkan
Saat menyendiri, aku ditemani optimisme menuju kekalahan
Begitu kuat kuyakini, bahwa aku tak sanggup menghadapi mereka
Mereka akan mengelupas kulit tipisku, mencabik dagingku, dan menggerogoti tulang lunakku hingga aku tak kenal diriku lagi

Neraka adalah bayangan terdekat, semakin jauh dari istana surga
Tapi di dalam panas apinya, kuharap akan kutemukan daun talas
Yang walau ia gampang goyah diterpa ketidakpastian, tapi masih luas dibanding daun kelor
Sehingga aku bisa berteduh sejenak di atasnya, dengan lebih ringan dan lebih lapang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline