Lihat ke Halaman Asli

Hawa Malam yang Menenggelamkan

Diperbarui: 24 Juli 2020   02:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Angin malam membelai kulitku
Decit burung tak henti terdengar, mengisi ruang kosong dan sunyi
Sesekali jangkrik bernyanyi, bersahutan dengannya

Ketukan dalam hati kembali terdengar
Berirama, cepat kadang lambat
Dibalut oleh rasa sakau, pusing sekaligus mabuk oleh kenyataan

Tiba - tiba sejentik suara muncul, dan tikus menjerit
Malam itu tidak berbintang, semakin gelap setelahnya
Aku terjaga, menyadari diriku dikepung kepekatan
Kulihat yang lain tidak, dan rasanya bagai tertinggal di dalam terowongan

Cahaya
Kemanakah kau menaungi?
Jangan biarkan diriku tenggelam makin dalam
Aku tak tahu bagaimana menyalakanmu lagi
Tubuhku sudah tak tampak, dan pengetahuanku sudah di tepi jurang semesta

Sedetik lagi, semuanya akan sirna
Di bawah kegelapan, di dasar palung ketidakberdayaan
Bersama hawa malam yang menyejukkan, sekaligus menghanyutkan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline